Kamis, 29 Oktober 2009

Manajemen Emosi


Management Emosi merupakan pengelolaan emosi diri kita dalam menghadapi suatu masalah. Pengelolaan emosi tersebut sangat penting kita lakukan dalam menghadapi suatu masalah karena dalam memecahkan suatu masalah harus disertai dengan emosi yang benar-benar terkontrol. Banyak orang yang kurang bisa mengontrol emosi pada saat menyelesaikan masalah dan ujung-ujungnya masalah yang seharusnya ia selesaikan malah menjadi tambah rumit dan sulit untuk diselesaikan. Dalam hal ini emosi sangat berperan sekali.
Banyak literatur yang mengatakan bahwa dalam hidup ini kecerdasan intelektual saja tidak cukup, tetapi harus diimbangi dengan kecerdasan emosional. Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Dengan pengelolaan emosi yang baik kecerdasan emosi dapat memberikan sumbangsih cukup besar untuk kebahagiaan seseorang. Ahli kecerdasan emosi, Goleman menceritakan sebuah kisah menarik mengenai hal tersebut. Mari kita menyimaknya!
Penn seorang mahasiswa yang cemerlang dan kreatif, sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Yale University. Masalah yang dihadapi oleh Penn adalah bahwa ia sadar akan keluarbiasaan dirinya. Karena itu, seperti kata seorang profesor, mahasiswa ini “luar biasa sombong.” Penn, kendati sangat hebat, tidak disukai orang lain, terutama oleh orang yang harus bekerjasama dengannya.
Meskipun begitu, nilainya sangat mengagungkam dalam ujian-ujian tertulis. Setelah lulus, Penn menjadi incaran utama semua perusahaan. Berbagai perusahaan terkemuka dalam bidang terkait menawarinya wawancara untuk bekerja, dan ia memang yang terbaik—setidaknya kalau dilihat dari resumenya. Namun, karena keangkuhannya, hanya satu perusahaan yang menawari Penn pekerjaan. Itu pun perusahaan kelas dua.
Matt, seorang mahasiswa Yale lain yang sejurusan dengan Penn, secara akademik tidak begitu cemerlang. Namun, ia pandai bergaul sehingga disukai oleh setiap orang yang bekerjasama dengannya. Sesudah lulus, Matt diterima bekerja oleh tujuh dari delapan perusahaan yang mewawancarainya. Matt terus sukses dalam bidangnya, sementara Penn dipecat kendati baru dua tahun bekerja di perusahaan yang pertama kali menerimanya.
Matt memiliki kecerdasan emosi sedangkan Penn tidak (Goleman, Warking, hal.22)
Dari cerita diatas dapat diambil hikmah, dalam mencapai kesuksesan tidak semata-mata mengandalkan kecerdasan intelektual, tetapi butuh juga management emosi. Tetapi bukan berarti bahwa kecerdasan intelektual tidaklah penting. Bukan. Masalahnya adalah seberapa besar ketergantungan kita dengan kecerdasan intelektual. Semakin kita menggantungkan kehidupan ini hanya kepada kecerdasan intelektual, dan mengabaikan kecerdasan emosi, maka bisa dipastikan kehidupan kita pun akan semakin jauh dari kesuksesan. Maka selayaknya, kita tetap memberikan porsi yang seimbang antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi. Bahkan, sangat dianjurkan kepada kita untuk lebih mengedepankan kecerdasan emosi, karena kecerdasan inilah yang akan mengantarkan kita menuju kesuksesan hidup.
Keberhasilan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh indeks prestasi (IP), atau predikat lulusan terbaik dari segi akademis. Justru, mereka yang memiliki pengendalian diri, motivasi diri, tidak gampang emosional, sabar, inisiatif, besar kemungkinan untuk mencapai kehidupan sukses dan bahagia dengan lebih mudah.
Goleman kembali bercerita bagaimana bodohnya orang yang tidak cerdas emosi meskipun ia termasuk orang yang sangat pintar secara intelektual atau rasio. Mari kita simak bersama…
Jason H, seorang siswa kelas dua di SMU Coral Springs, Florida. Disekolahnya, ia selalu memperoleh nilai A. Dia bercita-cita masuk fakultas Kedokteran. Bukan sekedar fakultas kedokteran biasa, ia memilih Harvard untuk melabuhkan cita-citanya. Tetapi, cita-citanya seketika kandas saat Pologruto, guru Fisikanya memberi nilai 80 pada sebuah tes. Jason tak mau menerima kenyataan itu. Pada suatu hari, ia pun datang ke sekolah dengan membawa sebilah pisau dapur ke sekolah. Ia juga bertengkar dengan guru fisikanya, Pologruto. Di dalam laboratorium fisika, ia menusuk gurunya di tulang selangka sebelum ia ditangkap dengan susah payah.
Oh, my God! Realita yang mengerikan. Seseorang dengan kecerdasan otak yang tak diragukan, ternyata belum memiliki pengendalian emosi yang baik. Hawa nafsu dan keinginan yang tak tercapai justru membawa mereka bertindak di luar kendali. Padahal, secara rasional, mana mungkin orang berotak cerdas mau melakukan tindakan yang di luar nalar. Sungguh tidak mungkin! Tapi, inilah realita. Orang yang tidak memiliki kecerdasan emosi, dan hanya mengandalkan kecerdasan rasio saja, justru memiliki kemungkinan besar melakukan tindakan di luar kepala. Dari cerita tersebut telah terbukti bahwa management emosi itu sangat penting sekali.
Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali ditemui orang yang belum mampu memanagement emosi mereka. Ada Beberapa ciri-ciri orang yang tidak mampu mengandalikan emosinya :
1. Berkata keras dan kasar pada orang lain.
2. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya.
3. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya.
4. Melakukan tindak kriminal / tindak kejahatan.
5. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb.
6. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam.
7. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain. dsb…
Dengan management emosi yang buruk, niscaya orang tersebut akan jauh dari yang namanya kesuksesan. Nah, sekarang bagaimana cara kita untuk bisa memenage emosi kita. Ada beberapa cara untuk memenage emosi kita:
1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan
Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain. Nah, sekarang tukar posisi di mana kita menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas kita akan cengar-cengir sendiri.
2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
Jika sedang marah alihkan perhatian kita pada sesuatu yang kita sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi kita. Jika emosi agak memuncak mungkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
3. Mencari Kesibukan Yang Disukai
Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Contoh seperti mendengarkan musik, main ps2 winning eleven, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, chating, chayang-chayangan dengan kekasih pujaan hati, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya. Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, make narkoba, dan lain sebagainya.
4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya
Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, pacar/kekasih, isteri, suami, orang tua, saudara, kakek, nenek, paman, bibi, dan lain sebagainya.
5. Mencari Penyebab dan Mencari Solusi
Ketika pikiran kita mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira-kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.
6. Ingin Menjadi Orang Baik
Orang baik yang sering kita lihat di layar televisi biasanya adalah orang yang kalau marah tetap tenang, langsung ke pokok permsalahan, tidak bermaksud menyakiti orang lain dan selalu mengusahakan jalan terbaik. Pasti kita ingin dipandang orang sebagai orang yang baik.
7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan kita. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata : ya ampun…. sama yang kayak begini aja kok bisa marah, nggak penting banget sich…
8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
Sebelum marah kepada orang lain cobalah kita memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut kita layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena diliatin sama orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut / berantem. Masalah sepele jangan dibesar-besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.
9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
Semakin banyak cita-cita dan impian hidup kita maka semakin banyak hal yang perlu kita raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup kita setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu kita yang berharga.
10. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah
Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup kita adalah yang paling penting. Anggap kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar kita dan jika perlu mintalah bantuan orang lain untuk mengatasinya.
11. Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Cukup dengarkan apa yang ingin ia sampaikan dan jangan banyak merespon. Tenang dan jangan banyak hiraukan dan dimasukkan dalam hati apa pun yang orang marah katakan. Cukup ambil intinya dan buang sisanya agar kita tidak ikut emosi atau menambah beban pikiran kita.
12. Jika marahnya karena sesuatu yang kita perbuat maka kalau bukan kesalahan kita jelaskanlah dengan baik, tapi kalau karena kesalahan kita minta maaf saja dan selesaikanlah dengan baik penuh ketenangan batin dan kesabaran dalam mengatasi semua kemarahannya. Lawan api dengan air, jangan lawan api dengan api. Semoga berhasil menjinakkan emosi rasa marah anda.
Hal tersebut diatas dapat membantu kita dalam memenage emosi kita. Dengan emosi yang terkendali insyaallah kita bisa menyelesaikan masalah dengan baik dan membuka jalan bagi kita untuk mencapai suatu kesuksesan. AMIN.

0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar

Foto saya
Purworejo, jawa tengah, Indonesia
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
"Blink 182"