Jumat, 30 Oktober 2009

apakah besi tuang itu
Secara umum Besi Tuang (Cast Iron) adalah Besi yang mempunyai Carbon content 2.5% – 4%. Oleh karena itu Besi Tuang yang kandungan karbonnya 2.5% – 4% akan mempunyai sifat MAMPU LASNYA (WELDABILITY) rendah. Karbon dalam Besi Tuang dapat berupa sementit (Fe3C) atau biasa disebut dengan Karbon Bebas (grafit). Perlu di ketahui juga kandungan FOSFOR dan SULPHUR dari material ini sangat tinggi dibandingkan Baja.
Ada beberapa jenis Besi Tuang (Cast Iron) yaitu :

1. BESI TUANG PUTIH (WHITE CAST IRON).Dimana Besi Tuang ini seluruh karbonnya berupa Sementit sehingga mempunyai sifat sangat keras dan getas. Mikrostrukturnya terdiri dari Karbida yang menyebabkan berwarna Putih.
2. BESI TUANG MAMPU TEMPA (MALLEABLE CAST IRON).Besi Tuang jenis ini dibuat dari Besi Tuang Putih dengan melakukan heat treatment kembali yang tujuannya menguraikan seluruh gumpalan graphit (Fe3C) akan terurai menjadi matriks Ferrite, Pearlite dan Martensite. Mempunyai sifat yang mirip dengab Baja.
3. BESI TUANG KELABU (GREY CAST IRON).Jenis Besi Tuang ini sering dijumpai (sekitar 70% besi tuang berwarna abu-abu). Mempunyai graphite yang berbentuk FLAKE. Sifat dari Besi Tuang ini kekuatan tariknya tidak begitu tinggi dan keuletannya rendah sekali (Nil Ductility).
4. BESI TUANG NODULAR (NODULAR CAST IRON)NODULAR CAST IRON adalah perpaduan BESI TUANG KELABU. Ciri Besi tuang ini bentuk graphite FLAKE dimana ujung – ujung FLAKE berbentuk TAKIK-AN yang mempunyai pengaruh terhadap KETANGGUHAN, KEULETAN & KEKUATAN oleh karena untuk menjadi LEBIH BAIK, maka graphite tersebut berbentuk BOLA (SPHEROID) dengan menambahkan sedikit INOCULATING AGENT, seperti Magnesium atau calcium silicide. Karena Besi Tuang mempunyai KEULETAN yang TINGGI maka besi tuang ini di kategorikan DUCTILE CAST IRON.

FAKTOR-FAKTOR APA YANG MEMPENGARUHI SIFAT MAMPU LAS (WELDABILITY) PADA MATERIAL INI ???

1. Ketegangan saat pendinginan.Secara teori pengelasan (welding) material las (logam las / weld metal) akan berkontraksi selama pendinginan. Karena kerapuhan dari besi tuang inilah kontraksi cast iron mempunyai kemampuan yang lebih rendah dibandingkan Baja.
2. Bentuk yang tidak beraturan.Umumnya Besi Tuang ini dibuat dalam bentuk yang tidak berarturan atau boleh saya bilang artistik. Dengan adanya bentuk yang rumit besi tuang tersebut sedikit banyak mempunyai ketebalan yang tidak seragam hal ini akan mempengaruhi kontraksi tegangan yang terjadi pada material tersebut dan mudah terjadi retak dan perlu diingat juga yang melatarbelakangi ini adalah sifatnya yang mempunyai daya lentur yang sangat rendah.
3. HAZ yang keras.HAZ pada Besi Tuang yang berdekatan dengan Weld Metal akan mempunyai sifat yang KERAS. Pengerasan ini diakibatkan oleh adanya bagian HAZ yang tidak ikut mencair.
4. Pengikatan Karbon dari Base Metal.Akibat Pengelasan Besi tuang yang tercampur dengan Base Metal akan menyebabkan terjadinya pengikatan KARBON pada WELD METAL sehingga menyebabkan peningkatan kandungan SULFUR dan PHOSPOR dalam WELD METAL tersebut.
5. Penyerapan Minyak pada Besi Tuang.Karena bentuk kareketeristik material ini rata-rata berpori maka kemungkinan terjadinya peresapan minyak dalam graphite yang menyebabkan porositas pada logam las. Biasanya sering dialami oleh temen praktisi welding, repair pada saat maintenance.

Mengapa Cast Iron jika di Las Sering terjadi retak? Sebelum kita bahas hanya keretakan pada Cast Iron, ada baiknya jika kita mengerti terlebih dahulu apa yang disebut Crack pada logam, apa yang menyebabkan crack pada logam, apa pengaruh Chemical Composition terhadap mudah tidaknya suatu logam retak, Apa itu diagram CCT dan CCCT, dll. Sehingga kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan dalam memahami terjadinya crack pada pengelasan Cast Iron…..
Keretakan pada proses pengelasan Cast Iron, ada beberapa faktor yang saling dukung mendukung sehingga memudahkan terjadinya Crack.
Faktor utamanya adalah :

1. Chemical Composition : %C = Carbon terlalu tinggi. Unsur C yang tinggi memang akan menurunkan Titik Lebur baja (Mesti dibahas juga Diagram Fe-Fe3C) sehingga antara proses peleburan dan penuangan di cetakan lebih mudah. Tetapi karena sifatnya yang lunak akan menjadi sumber keretakan di paduan Besi Cor, apalagi yang C nya berbentuk Flake (Besi cor mempunyai Carbon bebas, mungkin seperti radikal bebas di tubuh kita). %P= Posphor dan %S= Sulphur Tinggi. Dalam paduan Fe, kadar P dan S tidak boleh lebih besar dari keteentuan. Karena lebih dari itu akan menyebabkan sumber keretakan (kalau di proses rolling pembuatan besi beton bisa pecah) . Lantas mengapa unsur P dan S ini tidak diturunkan saja? Dalam proses pengecoran, unsur P dan S sangat diperlukan untuk meningkatkan mampu alir dari cairan besi….
2. Faktor-faktor lain seperti bentuk yang kompleks dan lain tidak banyak berpengaruh, karena kebanyakan pada proses pengelasan Cast Iron, keretakan terjadi pada daerah HAZ.
3. Bagaimana pengaruh Olie dll ? Pengotor seperti ini lebih banyak berpengaruh terhadap terjadinya Porosity pada weld metal.

Lantas bagaimana untuk menghindari terjadinya keretakan pada pada proses pengelasan Cast Iron?

1. Gunakan kawat las Nickel.
2. Kontrol heat input dan Cooling rate…
3. Sebelum mengelas harus dibersihkan terlebih dulu dari misalnya Olie, Cat dlll.

Pada umumnya Besi Tuang (Cast Iron) mempunyai bentuk yang rumit suatu contoh (PIPE FITTING, SPROKECT, PUMP, CRANK SHAFT MESIN MOBIL dan beberapa peralatan yang terdapat pada Pabrik GULA) bukan dalam bentuk MILD seperti STEEL yang sering kita temui dipasaran.
BAGAIMANA KORELASINYA.
Dengan adanya bentuk yang rumit besi tuang tersebut sedikit banyak mempunyai ketebalan yang tidak seragam hal ini akan mempengaruhi konstraksi tegangan yang terjadi pada material tersebut dan mudah terjadi retak.
Untuk menghindari timbulnya keretakan pada sebuah besi tuang karena ketegangan akibat konstraksi tegangan selama pengelasan sering dilakukan dengan memperluas bidang yang dipanasi dengan PREHEATING untuk menyeimbangkan KONTRAKSI TEGANGAN dalam hal ini ada metode yang dilakukan dalam preheating :

1. PREHEATING SETEMPAT.Tujuannya untuk menghambat tingkat pendinginan sambungan las.
2. PREHEATING KESELURUHAN.Mempunyai fungsi untuk melepaskan tegangan internal yang tersembunyi dan untuk memperlambat pendinginan pengelasan. Hal ini cocok untuk material yang mempunyai bentuk rumit Seperti RODA GIGI, SPROKET dsb.

MENGAPA KAWAT LAS BESI TUANG BERBASIS PADA UNSUR NICKEL (Ni) ??
Nickel adalah suatu logam berwarna Putih perak, Mempunyai Berat Jenis 8.5 yang hampir sama dengan Tembaga.
Nickel dijadikan sebagai bagian dari bahan Kawat Las Cast Iron karena Nickel mempunyai karakteristik LOW SOLUBILITY pada Carbon. Dengan menyatunya NICKEL & BESI dapat menghindari terjadinya CRACK (RETAK) PADA DAERAH FUSION LINE akibat adanya perbedaan EXPANSION temperature pengelasan pada material Cast Iron. Selain itu logam las ini mempunyai karakteristik yang lentur dan mudah untuk dimachining. Read More..

makala baja

MAKALAH BAJA

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Baja
Baja dan Besi sampai saat ini menduduki peringkat pertama logam yang paling banyak penggunaanya, besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar karbon lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan baja dewasa ini sangat luas mulai dari perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat.

Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat bajaTahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja damascus. 1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang. 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa Baja adalah logam aloy yang komponen utamanya adalah besi, dengan karbon sebagai bagai agen pengeras, mencegah atom besi, yang secara alami teratu dalam lattice, bergeser melalui satu sama lain. Memvariasikan jumlah karbon dan penyebaran alloy dapat mengontrol kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, aloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi. Sekarang ini ada beberapa kelas baja di mana karbon diganti dengan material aloy lainnya, dan karbon, bila ada, tidak diinginkan. Definisi yang lebih baru, baja adalah aloy berdasar-besi yang dapat dibentuk seccara plastic.

Pada zaman sekarang banyak bangunan – bangunan yang menggunakan baja sebagai struktur rangka. Seperti penggunaan baja sebagai struktur atap, rangka kolom, pembuatan jembatan dsb. Baja baik di gunakan dalam struktur tarik, seperti jembatan.






3
Baja akan meleleh bila terkena panas yang berasal dari dalam baja itu sendiri. Pada bangunan yang menggunakan struktur rangka baja penuh, maka apabil a terjadi kebakaran di satu titik saja, maka akan mempengaruhi struktur di titik lain. Hal ini di akibatkan karena panas yg terjadi di satu titik tersebut merambat ( induksi ) menuju ke titik yang lain dan mengakibatkan baja meleleh dan struktur dari bangunan tersebut akan roboh.

Definisi lain
Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon,dimana unsur karbon (C) menjadi dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran lainnya seperti sulfur (S), fosfor (P), silicon (Si),dan Mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi. Kandungan karbon di dalam baja kurang dari 2% atau sekitar 0,1 – 1,7%,sedangkan unsure lainnya dibatasi presentasenya. Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang khusus.

2. Nilai ekonomi dan sejarah
Baja adalah paduan logam yang tersusun dari besi sebagai unsur utama dan karbon sebagai unsur penguat. Unsur karbon inilah yang banyak berperan dalam peningkatan performan. Perlakuan panas dapat mengubah sifat baja dari lunak seperti kawat menjadi keras seperti pisau. Penyebabnya adalah perlakuan panas mengubah struktur mikro besi yang berubah-ubah dari susunan kristal berbentuk kubik berpusat ruang menjadi kubik berpusat sisi atau heksagonal.
Dengan perubahan struktur kristal, besi adakalanya memiliki sifat magnetik dan adakalanya tidak. Besi memang bahan bersifat unik.
Bijih besi bertebaran hampir di seluruh permukaan Bumi dalam bentuk oksida besi. Meskipun inti Bumi tersusun dari logam besi dan nikel, oksida besi yang ada di permukaan Bumi tidak berasal darinya, melainkan dari meteor yang jatuh ke Bumi.

4
Di Australia, Brasil, dan Kanada, ditemukan bongkahan bijih besi berketebalan beberapa puluh meter dan mengandung 65 persen besi. Besi adalah unsur yang sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak ke delapan di Jagat Raya setelah silikon. Pada lapisan kulit Bumi, besi merupakan unsur logam terbanyak ketiga setelah silikon dan aluminium.
Hampir lebih dari 70 abad lalu-5.000 tahun sebelum Masehi-dari peninggalan di Mesopotania, Iran, dan Mesir diketahui bahwa manusia telah menguasai teknologi pembuatan peralatan dari besi baja untuk berburu.
Suku Hatti dan Hittite- 2.500-1.500 tahun sebelum Masehi-di daerah Anatria dan Armenia telah berhasil membuat pedang besi berukuran besar dan baju besi dengan proses semi-lebur.

3. Unsur Campuran Dasar
Unsur karbon adalah unsur campuran yang paling penting dalam pembentukan baja, jumlah presentase dan bentuknya membawa pengaruh yang amat besar terhadap sifatnya.
Tujuan utama penambahan unsure campuran lain ke dalam baja adalah untuk mengubah pengaruh dari unsure karbon.

4. Unsur-unsur Campuran Lainnya
a. Unsur Fosfor
Fosfor dianggap sebagai unsure yang tidak murni dan jumlah kehadirannya di dalam baja dikontrol dengan cepat sehingga presentase maksimum unsur fosfor di dalam baja sekitar 0,05%.
b. Unsur Sulfur
Unsur sulfur membahayakan larutan besi sulfide yang mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Besi sulfide terkumpul pada batas butir-butirannya yang membuat baja hanya didinginkan sucara singkat karena kerapuhannya. Kandungan sulfur harus dijaga serendah mungkin dibawah 0,05%.

5
c. Unsur Silicon
Silikon membuat baja tidak stabil,tetapi unsure ini tetap menghasilkan lapisan grafit dan menyebabkan baja menjadi tidak kuat. Baja mengandung silikon sekitar 0,1 – 0,3%.
d. Unsur Mangan
Kadungan mangan di dalam baja harus dikontrol untuk menjaga ketidakseragaman sifatnya dari sekumpulan baja yang lain. Baja karbon mengandung mangan lebih dari 1%.

5. Proses Pembuatan Baja
Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair, besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses pembuatan baja antara lain :
Proses konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap kesamping.
Sistem kerja
• Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C,
• Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume konvertor)
• Kembali ditegakkan.
• Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompresor.
• Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.

Proses Bassemer (asam)

Lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang mengandung kwarsa asam atau aksid asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan
SiO2, SiO2 + CaO CaSiO3

6

Proses Thomas (basa)

Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit [ kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang diolah besi kasar putih yang mengandung P antara 1,7 – 2 %, Mn 1 – 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O5), untuk mengeluarkan besi cair ditambahkan zat kapur (CaO),
3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)
Proses Siemens Martin

menggunakan sistem regenerator (± 3000 0C.) fungsi dari regenerator adalah :
a. Memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur
b. Sebagai Fundamen/ landasan dapur
c. Menghemat pemakaian tempat
d. Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih
e. Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (SiO2),
f. Besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40% MgCO3 + 60% CaCO3)

Proses Basic Oxygen Furnace

• Logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)
• Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang bakar dengan kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5 %O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2.
• Ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P dan S.

Keuntungan :
• BOF menggunakan O2 murni tanpa Nitrogen
• Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
• Tidak perlu tuyer di bagian bawah
• Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
• Biaya operasi murah

7
Proses dapur listrik

Temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan induksi listrik.
Keuntungan :
• Mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat
• Temperatur dapat diatur
• Efisiensi termis dapur tinggi
• Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga kualitasnya baik
• Kerugian akibat penguapan sangat kecil

Proses dapur kopel

Mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.
• Pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
• Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
• Kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas mencapai 700 – 800 mm dari dasar tungku.
• Besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
• 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu kapur (CaCO3) dan akan terurai menjadi:

akan bereaksi dengan karbon:

Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit mesin-mesin lain.


8
Proses dapur Cawan

• Proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan besi kasar dalam cawan,
• kemudian dapur ditutup rapat.
• Kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan dan muatan dalam cawan akan mencair.
• Baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan menambahkan unsur-unsur paduan yang diperlukan

6. Klasifikasi Baja
1. Menurut komposisi kimianya:
a. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;
• Baja karbon rendah (low carbon steel)  machine, machinery dan mild steel
- 0,05 % - 0,30% C.
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.

• Baja karbon menengah (medium carbon steel)

- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.

• Baja karbon tinggi (high carbon steel)  tool steel

- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % - 1,50 % C
9
Penggunaan :
- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.

b. Baja paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)

Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1. Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special alloy steel) dan high speed steel.
• Baja Paduan Khusus (special alloy steel)

Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
10
• High Speed Steel (HSS)  Self Hardening Steel

Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Baja Paduan dengan Sifat Khusus
1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:
• Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
• Tahan temperature rendah maupun tinggi
• Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
• Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
• Tahan terhadap oksidasi
• Kuat dan dapat ditempa
• Mudah dibersihkan
• Mengkilat dan tampak menarik

2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
11
3. Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang diberikan antara lain:
a. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara.
c. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehingga sifatnya keras.
d. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
e. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.

Klasifikasi lain antara lain :
a. Menurut penggunaannya:
• Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % C.
• Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.

12
b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
• Baja tahan garam (acid-resisting steel)
• Baja tahan panas (heat resistant steel)
• Baja tanpa sisik (non scaling steel)
• Electric steel
• Magnetic steel
• Non magnetic steel
• Baja tahan pakai (wear resisting steel)
• Baja tahan karat/korosi

Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
1. Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
2. Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3. Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
4. Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
5. Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)

Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:
1. Baja kualitas biasa
2. Baja kualitas baik
3. Baja kualitas tinggi







13
7. Sifat Kekerasan Baja

Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras penetrator). Kekerasan meru-pakan suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh un-sur-unsur paduannya dan kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold worked seperti pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain-lain serta kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain; Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan, dan lain-lain Proses hardening cukup banyak dipakai di Industri logam atau bengkel-bengkel logam lainnya.Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan supaya tahan terhadap tusukan atau tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi, poros-poros dan lain-lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan produksi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produksi adalah merupakan masalah yang sangat sering dipertimbangkan dalam Industri dan selalu dicari upaya-upaya untuk mengoptimalkannya. Pengoptimalan ini dilakukan mengingat bahwa waktu (lamanya) menyelesaikan suatu produk adalah berpengaruh besar terhadap biaya produksi.
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

Langkah-langkah proses hardening adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pemanasan (heating) untuk baja karbon tinggi 200-300 diatas Ac-1 pada diagram Fe-Fe3C, misalnya pemanasan sampai suhu 8500, tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur Austenite, yang salah sifat Austenite adalah tidak stabil pada suhu di bawah Ac-1,sehingga dapat ditentukan struktur yang diinginkan. Dibawah ini diagram Fe-Fe3C dibawah ini :
14
2. Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja :
• Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 - 15 menit setelah mencapai temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
• Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
• Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal benda, atau 10 sampai 30 menit.
• High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling panjang di antara semua Baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pema-nasannya. Juga diperlukan kom-binasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1 jam.
• Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada 10000 C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel Memerlukan temperatur pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan butir holding time diambil hanya beberapa menit saja.
Misalkan kita ambil waktu holding adalah selama 15 menit pada suhu 8500 .




15
3. Pendinginan. Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan menggunakan media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan secara cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil,sehingga kekerasanya meningkat.
Dari diagaram pendinginan diatas dapat dilihat bahwa dengan pendinginan cepat (kurva 6) akan menghasilkan struktur martensite karena garis pendinginan lebih cepat daripada kurva 7 yang merupakan laju pendinginan kritis (critical cooling rate) yang nantinya akan tetap terbentuk fase austenite (unstable). Sedangkan pada kurva 6 lebih cepat daripada kurva 7,sehingga terbentuk struktur martensite yang kekerasanya berkisar antara 600 BHN-750 BHN, tetapi bersifat rapuh karena tegangan dalam yang besar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan proses hardening pada Baja karbon tinggi akan meningkatkan kekerasanya. Dengan meningkatnya kekerasan, maka efeknya terhadap kekuatan adalah sebagai berikut :
• Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena dengan meningkatnya kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada pengujian impact beban yang bekerja adalah beban geser dalam satu arah , maka tegangan dalam akan mengurangi kekuatan impact.
• Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang berlawanan dengan arah dari tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan meningkatkan kekuatan tarik dari suatu material.




16
8. Baja dalam kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya keberadaan baja diabaikan karena kebanyakan dilapisi bahan lain. Orang baru menyadarinya ketika menyentuh benda dingin dan keras seperti lemari es, meja belajar, kursi, dan tiang listrik. Tabel menunjukkan contoh produk baja dalam berbagai bidang.
Pada bidang konstruksi dan tata kota, kekuatan baja yang dapat menyangga beban berat digunakan untuk kerangka bangunan pencakar langit sampai ketinggian 450 meter, seperti Petronas Twin Towers di Malaysia. Baja juga tahan terhadap perpatahan sehingga dapat melindungi dari gangguan gempa.

Ratusan ton baja juga digunakan untuk pembangunan jembatan antarpulau sampai berjarak lebih dari satu kilometer, seperti jembatan Kanmonbashi di Jepang.
Jadi, baja telah menyatu dalam kehidupan manusia dan menjadi penopang utama seluruh aktivitas dalam proses produksi sehingga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat industri. Suatu bangsa tidak akan dapat membangun kekuatan industri tanpa memiliki industri baja dan teknologinya.
9. Baja di Indonesia
Menurut penelitian jumlah konsumsi baja suatu bangsa dapat dijadikan indikator tingkat kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Negara-negara maju umumnya mengonsumsi 700 kilogram baja per jiwa per tahun. Masyarakat Indonesia baru mengonsumsi 20 kilogram per jiwa. Ini berarti baja masih belum dirasakan keberadaannya oleh masyarakat Indonesia.
Baja dengan nilai ekonomi tinggi dan berfungsi vital masih belum mendapat perhatian dengan baik oleh pemerintah. Maka, daya dukung baja terhadap kinerja dan performan proses produksi sangat lemah. Dampaknya, produk-produk Indonesia belum bisa berkompetisi dengan produk dari negara lain baik dalam jumlah produksi, kualitas, dan ketepatan waktu penyebarannya.


17
Indonesia yang dikenal kaya sumber daya alam harus mengimpor 100 persen bahan baku baja (pellet) dan 60-70 persen scrap baja untuk keperluan industri bajanya. Ini masih ditambah teknologi pengolahan baja yang tidak efisien karena menggunakan sumber energi gas yang semakin meningkat harganya serta teknologi yang masih tergantung kepada negara pemberi lisensinya.
Dari hasil survei, diketahui bahwa cadangan bijih besi di Indonesia berjumlah cukup besar dan tersebar di beberapa pulau, seperti Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Irian Jaya dengan total melebihi 1.300 juta ton, meskipun dengan kadar kandungan besi yang masih rendah antara 35-58 persen Fe. Sementara itu, bahan pendukung, seperti batu bara dan kapur, juga melimpah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Cadangan ini dapat memenuhi konsumsi besi baja dalam negeri sekitar 2,5 ton per jiwa. Berarti Indonesia punya modal menjadi masyarakat berbasis industri.
Permasalahannya hanyalah bagaimana menciptakan teknologi peleburan bijih besi yang sedikit lebih rendah kadar besinya. Pemerintah harus segera membentuk tim khusus pengembangan teknologinya. Kalau Jepang yang di masa Perang Dunia II tak punya bijih besi kini mampu berkembang, Indonesia tentu bisa lebih baik.
Dewasa ini, pengembangan teknologi manufaktur besi baja sudah sangat berkembang di beberapa negara maju, tinggal bagaimana mentransfer atau "mencuri" teknologi tersebut dan diterapkan di Indonesia.


BAB III
KESIMPULAN

1. Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon,dimana unsur karbon (C) menjadi dasar campurannya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain; Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan, dan lain-lain


18

3. Macam – macam proses pembuatan baja
Prosese converter
Proses bassemer ( asam )
Proses Thomas ( basa )
Proses Siemens martin
Proses Oxygen furnace
Proses dapur listrik
Proses dapur kopel
Proses dapur cawan

4. Klasifikasi baja :
a. Menurut komposisi kimia :
- Baja carbon
- Baja paduan
b. High Strength Low Alloy Stell ( HSLS )
c. Baja perkakas Read More..
Mesin Bor

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menyebutkan defenisi mesin bor
2. Menyebutkan fungsi mesin bor
3. Menyebutkan jenis-jenis mesin bor
4. Menyebutkan kapasitas mesin bor
5. Menyebutkan pemegang mata bor
6. Menyebutkan pemegang dan penjepit benda kerja
7. Menyebutkan jenis-jenis mata bor
8. Menyebutkan prinsip pengeboran
9. Menyebutkan kecepatan potong pengeboran
10. Menyebutkan pemakanan pengeboran

Mesin bor adalah suatu jenis mesin perkakas pengerjaan logam yang berfungsi untuk mengerjakan lobang.

Fungsi mesin bor adalah:

1. Membuat lobang
2. Membuat lobang bertingkat
3. Membesarkan lobang
4. Chamfer

Jenis-jenis mesin bor menurut macamnya:

1. Mesin bor meja
2. Mesin bor lantai
3. Mesin bor radial
4. Mesin bor koordinat
5. Mesin bor tangan

Sedangkan menurut kapasitasnya, mesin bor digolongkan atas:

1. Diameter terbesar lobang yang dapat dikerjakan
2. Jarak gerak poros maksimum turun naik
3. Jarak poros maksimum dengan meja mesin
4. Jarak terjauh antara tiang dengan poros mesin

JENIS-JENIS MESIN BOR

1. 1. Mesin Bor Meja

Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja. Mesin ini digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan pemakanan saat pengeboran.

Gambar 1. Mesin Bor Meja

1. 2. Mesin Bor Lantai

Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin bor lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin bor yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini biasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.

Gambar 2. Mesin Bor Lantai

1. 3. Mesin Bor Radial

Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.

Gambar 3. Mesin Bor Radial

1. 4. Mesin Bor Koordinat

Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi pengeboran. Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lobang dengan jarak titik pusat dan diameter lobang antara masing-masingnya memiliki ukuran dan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang tinggi tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur dalam arah memanjang dan arah melintang dengan bantuan sistem optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.

Gambar 4. Mesin Bor Koordinat

PEMEGANG MATA BOR

1. 1. Cekam Bor

Cekam bor digunakan untuk memegang mata bor bertangkai silindris. Biasanya cekam ini mempunyai 2 atau 3 rahang penjepit. Ukuran cekam bor ditunjukkan oleh diameter terbesar dari mata bor yang dapat dijepit..

Gambar 5. Cekam Bor

1. 2. Sarung Pengurung/Sarung Tirus

Mata bor yang bertangkai tirus dapat dipegang oleh sarung pengurung yang berlobang tirus. Oleh karena tangkai dan sarung berbentuk tirus, maka pada saat mata bor ditekan, ia akan saling mengunci.

Gambar 6. Sarung Pengurung

Lobang dan tangkai tirus dibuat menurut tirus morse, yaitu ketrirusan menurut standar internasional.

Tabel 1. Ukuran Tirus

MORSE


DIAMETER TIRUS TERBESAR

Morse 1


12,20 mm

Morse 2


18,00 mm

Morse 3


24,10 mm

Morse 4


31,60 mm

PEMEGANG DAN PENJEPIT BENDA KERJA

1. 1. Ragum Tangan

Ragum tangan dapat dibuka dan dikunci dengan kekuatan tangan. Benda kerja yang dapat dijepit oleh ragum tangan harus berukuran kecil dan terbatas sampai pada diameter ± 6 mm.

Gambar 7. Penjepitan Benda Kerja Dengan Ragum Tangan

1. 2. Ragum Mesin

Benda kerja yang besar tidak dapat dipegang oleh tangan karena gaya pemotongannya semakin besar, maka digunakan ragum mesin.


Gambar 8. Penjepitan Benda Kerja Dengan Ragum Mesin

1. 3. Meja Mesin

Penjepitan benda kerja pada meja mesin umumnya dilakukan apabila benda kerja tidak mungkin di jepit oleh ragum. Teknik penjepitan benda kerja menggunakan baut pengunci T yang mana baut ini dimasukkan ke dalam alur meja mesin bor.

Gambar 9. Penjepitan Benda Kerja Dengan

Meja Mesin

1. 4. Tangan

Pemegangan benda kerja dengan tangan dapat dilakukan untuk benda kerja yang kecil dan panjang serta lobang yang dibuat tidak dalam dan berdiameter kecil.

MATA BOR

Mata Bor Spiral

Disebut mata bor spiral karena mata bor ini mempunyai alur potong melingkar yang berbentuk spiral sepanjang badan. Mata bor spiral mempunyai dua bagian utama yaitu mata potong dan sudut pemotong.

Mata bor spiral dibuat dari bahan baja karbon, baja campuran, baja kecepatan tinggi dan karbida. Bentuk badan mata bor ini tidak silindris tetapi berbentuk tirus dari ujung sampai batas tangkai dengan kenaikan 0,05 mmsetiap kenaikan panjang 100 mm.

Mata bor spiral terdapat dua macam bentuk tangkai, yaitu tangkai berbentuk silindris dan tangkai yang berbentuk tirus. Alur spiral mempunyai sudut tatal dan dapat mempercepat keluarnya bram selama pengeboran. Mata potong terdiri dari dua buah bibir pemotong. Tebal bor merupakan tulang/punggung yang berbentuk spiral , bagian ini terdapat di kedua alur pemotong. Sisi pemotong terdapat sepanjang alur pemotong dan ini dapat menentukan ukuran bor.

Gambar 10. Bor Spiral dan Bagian-Bagiannya

Mata Pemotong

Mata potong terdiri dari dua bagian, yaitu bibir pemotong dan sisi pemotong. Bibir pemotong mata bor terdapat dua buah yang terletak antara dua sisi pemotong yang saling berhadapan. Kedua sisi pemotongan ini diasah hingga membentuk sudut yang bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor.

Tabel 2. Sudut Mata Bor

BESAR SUDUT


BAHAN

500-800
Kuningan, Perunggu

1180
Baja, Besi Tuang, Baja Lunak, Baja Tuang

1400
Baja Keras

Sudut Potong

Sudut potong mata bor terdapat empat macam, yaitu:

- Sudut Bebas (a)

- Sudut Mata Potong (b)

- Sudut Tatal (γ)

- Sudut Pemotongan (δ)

Gambar 11. Sudut Potong

Ujung mata pemotong harus selalu tajam. Pusat/ujung bibir pemotong yang tidak sentris saat pengasahan mata bor menghasilkan beban yang tidak sama terhadap bor. Akibatnya lobang yang terbentuk tidak tepat, bergeser/menyimpang posisinya dari senter yang ditentukan.

PRINSIP PENGEBORAN

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, maka mesin bor dapat berfungsi untuk membuat lobang silindris dan bertingkat, membesarkan lobang, memcemper lobang dan mengetap.

Pekerjaan yang banyak menuntut ketelitian yang tinggi pada pengeboran adalah pada saat menempatkan mata bor pada posisi yang tepat di titik senter.

KECEPATAN POTONG PENGEBORAN

Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung berdasarkan putaran mesin per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan bahwa kecepatan potong adalah panjangnya bram yang terpotong per satuan waktu.

Setiap jenis logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan berbeda-beda. Dalam pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan kecepatan potong logam. Bila kecepatan potongnya tidak tepat, mata bor cepat panas dan akibatnya mata bor cepat tumpul atau bisa patah.

Kecepatan potong ditentukan oleh:
- Jenis bahan yang akan dibor

- Jenis bahan mata bor

- Kualitas lobang yang diinginkan
- Efesiensi pendinginan

- Cara/teknik pengeboran

- Kapasitas mesin bor

Tabel 3. Harga Kecepatan Mata Bor Dari Bahan HSS

BAHAN


KECEPATAN POTONG (m/menit)
Alumunium Campuran

Kuningan Campuran

Perunggu Tegangan Tinggi

Besi Tuang Lunak

Besi Tuang Menengah

Besi Tuang Keras

Tembaga

Baja Karbon Rendah

Baja Karbon Sedang

Baja Karbon Tinggi

Baja Perkakas

Baja Campuran


60 – 100

30 – 100

25 – 30

30 – 50

25 – 30

10 – 20

20 – 30

30 – 50

20 – 30

15 – 20

10 – 30

15 – 25

Untuk mendapatkan putara mesin bor per menit ditentukan berdasarkan keliling mata bor dalam satuan panjang . Kemudian kecepatan potong dalam meter per menit dirubah menjadi milimeter per menit dengan perkalian 1000. akhirnya akan diperoleh kecepatan potong pengeboran dalam harga milimeter per menit.

Dalam satu putaran penuh, bibir mata bor (Pe) akan menjalani jarak sepanjang garis lingkaran (U). Oleh karena itu, maka

Dimana:

U = Keliling bibir mata potong bor

D = Diameter mata bor

p = 3.14

Jarak keliling pemotongan mata bor tergantung pada diameter mata bor.

Gambar 12. Hubungan Diameter Mata Bor dan Keliling Mata Bor

Waktu pemotongan juga menentukan kecepatan pemotongan. Oleh karena itu jarak yang ditempuh oleh bibir pemotong mata bor harus sesuai dengan kecepatan putar mata bor. Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling bibir pemotongan mata bor (U) selama n putaran per menit dapat dihitung dengan rumus:

U = p x d x n

Dimana:

U = keliling bibir potong mata bor

D = Diameter mata bor

N = putaran mata bor per menit

Biasanya kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam satuan meter per menit. Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah sama dengan jarak atau panjangnya bram yang terpotong dalam satuan panjang per satuan waktu.

Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata potong bor (U) sama dengan panjangnya bram terpotong dalam satuan meter per menit. Berarti kecepatan potong sama dengan jarak keliling pemotongan mata bor. Maka:
V = U

V= p x d x n (m/menit)

Berdasarkan rumus diatas selanjutnya putaran mata bor dalam satu menit adalah

PEMAKANAN PENGEBORAN

Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong bor ke dalam lobang/benda kerja dalam satu kali putaran mata bor. Besarnya pemakanan dalam pengeboran dipilih berdasarkan jarak pergeseran mata bor dalam satu putaran, sesuai dengan yang diinginkan.

Pemakanan juga tergantung pada bahan yang akan dibor, kualitas lobang yang dibuat, kekuatan mesin yang ditentukan berdasarkan diameter mata bor.

Tabel 4. Besarnya Pemakanan Berdasarkan Diameter Mata Bor

Diameter Mata Bor (mm)


Besarnya Pemakanan Dalam Satu

Kali Putaran (mm)

- 3

3 – 6

6 – 12

12 – 25

25 – dan seterusnya


0.025 – 0.050

0.050 – 0.100

0.100 – 0.175

0.175 – 0.375

0.375 – 0.675

Evaluasi.

1. Sebutkan defenisi mesin bor!
2. Sebutkan fungsi mesin bor!
3. Sebutkan jenis-jenis mesin bor!
4. Sebutkan kapasitas mesin bor!
5. Sebutkan pemegang mata bor!
6. Sebutkan pemegang dan penjepit benda kerja!
7. Sebutkan jenis-jenis mata bor!
8. Sebutkan prinsip pengeboran!
9. Sebutkan kecepatan potong pengeboran!
10. Sebutkan pemakanan pengeboran! Read More..
MESIN BUBUT

1. Pengertian

Bubut (turning) adalah suatu proses permesinan dengan cara menghilangkan/pengambilan tatal dari bahan/benda kerja, dimana pahat memotong benda kerja yang berputar.

2. Mesin Bubut

Bagian-bagian terpenting pada mesin bubut :

1.Kepala tetap dengan kotak roda gigi
2.Eretan melintang
3.Kotak roda gigi ulir
4.Pemutar eretan melintang
5.Pelat cekam
6.Eretan atas
7.Alas
8.Pemutar eretan atas
9.Sumbu pembawa untuk ulir
10.Pempat pahat
11.Sumbu pembawa untuk pemotongan
12.Kepala lepas
13.Eretan memanjang
14.Pemutar kepala atas.
15.Roda pemutar eretan

2.1.1 Kolet

Kolet adalah alat yang presisi sekali dan sudah dikeraskan yang berfungsi sebagai pemegang benda-benda kerja bulat dan teliti.
Rumah kolet dan lolet itu sendiri harus bersih sebelum digunakan.
Selama bekerja dengan kolet, cincin pengikat harus dipasang pada leher poros.
Kolet yang cocok harus dipilih sesuaidengan diameter benda kerja.
Diameter benda kerja tidak akan pernah dilebihkecilkan daripada 0,10 mm dari diameter kolet.
Jika benda kerja yang diameternya tidak cocok, maka kolet akan rusak.
Jika kita mempunyai kolet yang tidak cocok untuk benda kerja, maka benda kerja dijepit dengan pelat cekam.

3. Gerakan-gerakan dalam membubut

3.1 Gerakan berputar

Kecepatan putar benda kerja digerakkan pada pahat, dan disebut kecepatan potong.

3.2 Gerakan memanjang

Jika pemotongan itu arahnya sejajar dengan sumbu benda kerja, gerakan ini disebut gerakan memanjang atau pemakanan.

3.3 Gerakan melintang

Jika pemotongan itu arahnya tegak lurus terhadap sumbu benda kerja, maka disebut gerakan melintang atau pemotongan permukaan (facing).


4. Perputaran dan Pemakaian dalam membubut

Kecepatan potong dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

* ukuran bahan yang dikerjakan
* ukuran bagian tatal yang terpotong (dalamnya pemotongan x kecepatan pemakanan)
* tingkat kehalusan yang diinginkan
* bahan pahat yang digunakan
* bentuk pahat
* pencekaman/penjepitan benda kerja
* macam dan keadaan mesin bubut

Pada pemotongan kasar harus digunakan putaran mesin yang rendah (lambat) dan kecepatan pemakanan yang besar (cepat) maka hasilnya akan baik.

Pada pemotongan dengan tingkat penyelesaian halus digunakan putaran mesin yang tinggi dan kecepatan pemakanan yang lambat.

5. Kecepatan potong

Kecepatan putar benda kerja ditunjukkan pada suatu titik yang berputar dalam satuan waktu.

Jika benda kerja dengan garis tengah d1 membuat 1 putaran tiap menit, maka panjang tatal (beram) yang terpotong dalam 1 menit adalah d x p = keliling.

Jika benda kerja berputar lebih dari 1 putaran dalam 1 menit, misalnya n putaran, maka panjang tatal yang terpotong dalam 1 menit adalah =

d x p x n.

Panjang tatal ini diukur dalam satuan meter tiap menit dan disebut dengan kecepatan potong.

Makin besar garis tengah benda kerja, maka makin panjang perbandingan tatal yang dibentuk. Kita liha, bahwa kecepatan potong itu dipengaruhi langsung oleh besarnya garis tengah benda kerja dan banyaknya putaran tiap menit.

Banyaknya putaran tiap menit = r.p.m (rotasi per menit)

Pada gambar-gambar teknik, ukuran garis tengah itu dinyatakan dalam mm, tetapi kecepatan potong dalam membubut dinyatakan dalam m/menit. Olehnya itu kita harus membaginya dengan 1000 untuk memperoleh satuan meter.

maka putaran didapatkan dengan rumus :

Kecepatan potong ini dipersiapkan untuk pemotongan secara terus menerus selama 1 jam atau terputus-putus degnan jumlah waktu 1 jam tanpa mempertajam (mengasah) pahat potongnya.

Waktu 1 jam ini relatif, karena kadang-kadang kurang, kadang-kadang lebih dari 1 jam (secara praktis).

Contoh : Bahan yang akan dikerjakan adalah St.37 dengan kecepatan potong = 20-25 m/menit ; V = 20 m/menit, artinya bahan ini dikerjakan dengan pahat potong HSS yang dipersiapkan untuk pemotongan secara terus menerus selama 1 jam atau terputus-putus dengan jumlah waktu 1 jam, tanpa mengasah pahatnya kembali.

Semakin naik kecepatan potong (untuk bahan yang sama), maka semakin berkurang umur pahatnya, dan semakin turun kecepatan potongnya maka semakin bertambah umurnya tetapi permukaan benda kerja kasar (perhatikan grafik)

Perlu diingat :

Untuk mengerjakan benda kerja di mesin bubut, tidak hanya kecepatan potong saja yang mempengaruhi, tetapi harus diperhatikan kecepatan pemakanan dan sudut-sudut pahatnya harus tepat untuk bahan yang dikerjakan serta proses pendinginannya (air pendingin).

6. Pahat bubut

Berdasarkan arah pemakanannya, pahat bubut terbagi atas :

- pahat kanan, bila pahat dipegang pada permukaannya menghadap pekerja dengan ujung menunjuk ke bawah dan ujung potong berada di sebelah kanan atau memotong dari arah kanan ke kiri

- pahat kiri, memotong dari arah kiri ke kanan


Berdasarkan bentuk dan penggunaannya, pahat bubut terbagi atas :

- pahat kasar

- pahat halus (penyelesaian)

- pahat sisi

- pahat potong

- pahat alur

- pahat ulir (ulir luar dan dalam)

Berdasarkan kedudukan dari bentuk kepala potongnya terhadap poros dari pahat, maka pahat bubut terbagi atas :
6.1 Gambar Penggunaan/Pemakaian Pahat-pahat Bubut

6.2 Sudut-sudut pahat bubut

Sudut-sudut pahat bubut tergantung dari bahan benda kerja dan bahan pahat itu sendiri.

Pahat-pahat tersebut mungkin dibuat dari baja perkakas, baja kecepatan tinggi atau carbide. Pahat yang terbuat dari baja kecepatan tinggi sangat keras (liat) dan tahan panas sampai 600oC. Pahat jenis ini umum digunakan karena dapat melayani hampir semua keperluan.

Pahat-pahat bubut mempunyai kesamaan patokan bentuk seperti pada pahat-pahat lainnya, misalnya pada bentuk bidang baji.

6.3 Sudut-sudut pahat dari bahan baja kecepatan tinggi

Untuk kuningan, perunggu, bahan yang rapuh dan keras.

Untuk bahan lunak dan aluminium murni.

Untuk perunggu liat dan lunak

Untuk baja tuang yang berkualitas 34 - 50 kg/mm2

Untuk baja tuang yang berkualitas 50 - 70 kg/mm2

Untuk baja tuang yang berkualitas lebih dari 70 kg/mm2, seperti kuningan merah dan perunggu

6.4 Mengatur letak tinggi pahat bubut

Letak ujung sisi pemotong pahat harus disesuaikan tepat pada gerakan sumbu benda kerja.

Jika letak pahat di atas sumbu, maka garis sumbu dan sudut tatal akan membuat sudut lebih besar dan sudut bebasnya berkurang.

Akibatnya pahat akan melentur dan sisi depan bagian bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja.

Jika letak pahat di bawah sumbu, maka besarnya sudut antara garis sumbu dan sudut tatal akan berkurang, dan sudut bebasnya menjadi besar.

Kedudukan pahat yang demikian akan mengakibatkan benda kerja rusak dan terangkat.

Untuk menghindari getaran pada pahat, maka pahat harus diikat sependek mungkin pada tempat pahat.

Mengatur tinggi rendahnya pahat ialah dengan keping baja yang berbentuk cekung. Kedudukan pahat harus rata, sejajar dengan tempat pahat.

7. Ketirusan

Ketirusan digunakan untuk bermacam-macam keguanaan di bengkel, misalnya untuk pengikatan dan sealing. Pada penggunaan yang umum ketirusan ini sudah dinormalisasikan.

Bentuk tirusnya dapat dibuat di mesin bubut dengan 3 perbedaan cara :

1. Membubut tirus dengan eretan atas
2. Membubut tirus dengan menggerakkan kepala lepas
3. Membubut tirus dengan perlengkapan pembubutan tirus

7.1 Mengatur eretan atas dengan skala derajat

Eretan atas harus diatur searah dengan arah ketirusan yang akan dibuat. Eretan atas digerakkan dari posisi nol pada skala sampai menunjukkan setengah dari sudut ketirusan (a/2) dan dikencangkan dengan baut.

7.2 Mengatur eretan atas dengan pemeriksa tirus

Pemeriksa tirus dapat digunakan sebagai bahan dasar pengaturan eretan atas.

Dial indicator ditempatkan pada ereta atas dan ujung dial disentuhkan pada sepanjang sisi pemeriksa tirus.

Pengaturan yang benar adalah bila dialnya tidak menunjukkan perbedaan.

7.3 Mengatur sudut

Untuk operasi pembubutan, pengaturan sudutnya adalah sudut dari kemiringan atau setengah dari sudut ketirusannya (a/2).

Sudut (a/2) adalah = tg (a/2) = Read More..

FRAIS BRIDGESPORT

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 19 September 2006
Bambang Lusmiyanto, dkk. ISSN 1410 – 8178 91
PERBAIKAN KEPALA PEMBAGI UNIVERSAL PADA MESIN
FRAIS BRIDGEPORT
Bambang Lusmiyanto, Tony Rahardjo, Setyo Atmojo, Sukija
P3TM-BATAN
ABSTRAK
PERBAIKAN KEPALA PEMBAGI UNIVERSAL PADA MESIN FRAIS BRIDGEPORT.
Telah dilaksanakan perbaikan kepala pembagi universal pada mesin frais bridgeport,
merupakan suatu peralatan yang sangat utama pada mesin frais yang sering
digunakan untuk pembuatan berbagai macam alur yang sangat presisi, jarak garis
tengah antara lubang harus sama, untuk pembagian merata maupun tidak merata.
Alat tersebut mengalami kerusakan sehingga tidak bisa dipergunakan, berdasarkan
pengecekan dan pencarian kerusakan ditemukan, kerusakan pada rumah lager, lager
penumpu poros roda keong pemutar utama hancur dan poros ulir cacing dalam
keadaan aus. Hal ini disebabkan terendam sisa air pendingin pisau frais yang sedikit
demi sedikit masuk kedalam kotak transmisi, karena dari pabriknya tidak disediakan
lubang pembuangan. Perbaikan meliputi, rumah lager, ujung poros roda keong,
penggantian lager, pembuatan lubang pembuangan air dan lubang pelumasan untuk
memasukkan minyak pelumas. Kemudian dilakukan uji fungsi dan berdasarkan hasil
pengujian maka peralatan kepala pembagi dapat berfungsi dengan baik seperti
semula.
ABSTRACT
REPAIR LEAD THE UNIVERSAL DIVISOR AT HOBBING MACHINE OF
BRIDGEPORT. have been executed by arepair lead the divisor is a very especial
equipments at hobbing machine is which is often used for the making of assorted
groove very of persisi, hole and apart its diameter have to is of equal, division flatten
and also do not flatten the appliance experience of the damage so that cannot be
used, pursuant to checking and damage seeking, is hence found by damage of at
hous lager, especial lager convergent axis rotation have fallen to pieces and axis of
worm thread also rarefaction, this matter is caused by because to get a soaking of is
rest of hobbing knife cooler water is which little by little come into the transmission,
because from its factory is not provided by a dismissal hole. Repair of divisor saucer
cover the house lager, axis of worm thead, replacement lager, making of dismissal
hole irrigate the cooler, and making of lubrication hole to include the lubricating oil is
later, the executed by a function test, pursuant to examination result hence
equipments lead the divisor saucer can function better like from the beginning.
PENDAHULUAN
erbaikan dan perawatan pada umumnya
merupakan pekerjaan yang sangat penting dan
didalam kinerja suatu sistem instalasi mesin dan
peralatan laboratorium, karena dapat menghemat
biaya bila dapat dikerjakan sendiri, serta akan
memperpanjang umur penggunaan peralatan
tersebut. Dalam hal ini Perbaikan yang
dilaksanakan adalah perbaikan kepala piringan
pembagi pada mesin frais yang beberapa waktu
mengalami kerusakan berat terutama pada engkol
utama pemutar poros yang tidak dapat diputar sama
sekali. Para pengguana alat (teknisi) dalam
melakasanakan pelayanan perbaikan atau
pembuatan peralatan nuklir dengan melibatkan
peralatan kepala pembagi, seperti pembuatan lubang
baut beberapa flen pada instalasi hampa mesin
berkas elektron, pembuatan nepel mur tidak bisa
dilakukan, karena harus menunggu perbaikan dan
alat tersebut hanya satu satunya yang ada di bengkel
mekanik.
Mesin frais memegang peranan penting
pada proses pemberian bentuk dengan cara
P
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 19 September 2006
ISSN 92 1410 - 8178 Bambang Lusmiyanto dkk
mengelupaskan serpih. Prosedur pengefraisan yang
tepat dan perkakas yang cocok memungkinkan
pengikisan bidang dengan daya serpih yang besar
atau pembuatan benda kerja dengan ketepatan yang
tinggi secara sangat ekonomis.[2] Terutama
penggunaan mesin frais modern berdaya tinggi
membuka kemungkinan baru dalam penerapannya
seperti pengefraisan halus sebagai alternatif dalam
pembuatan berbagai macam pola (model) dan untuk
mengerjaan pembuatan komponen/peralatan
terhadap bahan kerja yang akan diproduksi atau
dikerjakan, beberapa peralatan penting terdapat pada
mesin frais seperti berbagai macam bentuk pisau
frais, peralatan penjepit bahan kerja, kepala pembagi
yang baru saja mengalami kerusakan dan telah
selesai diperbaiki.
Kepala pembagi adalah peralatan utama
yang sangat diperlukan pada mesin frais yang akan
digunakan jika pada permukaan benda kerja harus
dibuat celah atau lekukan tiap jarak tertentu
(pembagian), misalnya pembuatan alur berbagai
jenis roda gigi, lubang spei, beberapa segi yang
harus presisi, alur serpih pada pengikir lubang,
lubang yang jarak garis tengahnya harus sama,
pembagian merata maupun tidak merata. Pada
gambar-1 ditampilkan bentuk fisik kepala pembagi
yang dilihat dari bagian dalam[1].
Didalam rumah kepala pembagi terdapat
sebuah penggerak keong 7 yang dapat dilepaskan
dari gandengannya yang mempunyai satu lilitan,
sedangkan roda keong 8 kebanyakan memiliki 40
gigi, sehingga dihasilkan perbandingan alih gerak
40 : 1. Oleh karena itu di dalam satu kali putaran
roda keong, keong harus melaksanakan 40 kali
putaran. Di luar rumah poros keong terdapat sebuah
cakram lubang 10 yang dapat ditukar, yang dengan
jarum pengetat 20 dapat dieratkan pada rumah.
Poros keong mempunyai hubungan ketat gaya
dengan engkol pembagi 21. Pada setiap putaran
engkol pembagi, keong melaksanakan juga satu
putaran. Dengan sebuah jarum pembagi (index) 6
yang dapat disetel pada arah jari-jari, setiap
kedudukan engkol pembagi dapat ditetapkan di
dalam sebuah lubang pada salah satu lingkaran
lubang cakram. Untuk menghindarkan penghitungan
lubang yang menyita waktu pada proses pembagian,
maka daerah putaran engkol pembagi dibatasi oleh
dua penunjuk 22, 23 yang kedudukannya satu
terhadap yang lainnya dapat disetel. Letak kaki-kaki
itu diatur sedemikian rupa sehingga mereka
mengapit sebuah lubang lebih banyak dari pada
yang dihasilkan oleh perhitungan.
Roda gigi keong 8 duduk pada spindel
kepala pembagi 4 yang menampung peralatan
penjepitan benda kerja di luar rumah ( cakra,
dagu, cakram datar, tang penjepit, peralatan untuk
penjepitan antara senter-senter dan sebagainya).
Selain daripada itu biasanya terdapat pula pada
spindel kepala pembagi sebuah cakram pembagi 5
yang pada pelepasan penggerak keong dari
gandengannya mengizinkan pembagian langsung.[1]
Perencanaan pengaturan perbaikan harus
dibuat dan diterapkan untuk memastikan bahwa
pekerjaan perbaikan harus dilaksanakan dengan baik
dan diselesaikan dengan cara yang efisien dan aman,
dengan jaminan bahwa kegiatan direncanakan
secara sistematis, terpenuhi dan didokumentasikan.
Personil harus sadar bahwa mereka bertanggung
jawab menjalankan tugasnya sesuai dengan
dokumen kerja. Perbaikan meliputi beberapa tahap
pekerjaan, antara lain : pengecekan unjuk kerja,
pengecekan unit, pengecekan komponen,
penggantian komponen.
Gambar 1. Potongan kepala pembagi
1, 2. badan dasar 14.15. roda sekru
3. tutup samping 16. mur
4. spindel kepala
pembagi
17. sekrup penghubung
5. cakram pembagi 18. rumah as roda
keong
6. jarum index 19. pengancing roda
gigi
7. ulir keong 20. rumah as
pengancing roda
gigi
8. roda gigi keong 21. engkol pembagi
9. ulir dalam 22.23. kaki penunjuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 19 September 2006
Bambang Lusmiyanto, dkk. ISSN 1410 – 8178 93
10. cakram pembagi
24. lager penumpu
(kedua laker hancur
)pegangan
11. bumbung eksentris
(rusak)
25. poros (ujung poros
keropos )
13. jarum pengetat
TATA KERJA
Untuk pelaksanaan perbaikan agar dapat
diselesaikan dengan cara yang efisien, aman dan
diperoleh hasil kerja yang optimum, maka harus ada
prosedur perencanaan pelaksanaan yang harus
diperhatikan yaitu:
• Mempelajari dan menentukan langkah kerja
• Perencanaan penggunaan peralatan
• Perencanaan penggunaan bahan dan komponen
• Menentukan urutan pembongkaran
• Mengamati dan menentukan bagian/komponen
yang rusak
• Mempelajari penyebab terjadinya kerusakan
sehingga dapat dihindarkan
Peralatan yang digunakan
• Satu set kunci ring dan kunci pas
• Satu set obeng plus dan minus
• Satu set kunci L (matrik)
• Kunci inggris
• Kompresor udara
• Treker
• Peralatan pendukung lainnya
Bahan yang digunakan
• Minyak pembersih (bensin dan solar)
• Kuas dan kain lap
Pelaksanaan
Setelah selesai perencanaan serta persiapan
peralatan beserta bahan yang dipergunakan maka
dimulai pembongkaran bagian-bagian sesuai dengan
urutan sebagai berikut. Secara fisik kepala pembagi
ditampilkan pada Gambar 2.
Pembongkaran piringan pembagi
Setelah selesai perencanaan serta persiapan
peralatan dan bahan yang di pergunakan, maka
dimulai pembongkaran bagian-bagian dari
komponen piringan pembagi (cakram pembagi)
tersebut, sesuai dengan urutan sebagai berikut,
ditampilkan pada Gambar 3.
• Membuka mur penahan/pengontra dengan
menggunakan kunci ring yang tepat agar tidak
merusak sudut mur penahan/pengontra.
• Melepas ring dan kerah dari poros ujung spindel
cacing.
• Mengeluarkan handel putar beserta engkol
pemutarnya.
• Melepaskan sekrup pengunci lengan apit.
• Kemudian diluarkan kerah c beserta lengan apit
dengan menggunakan treker tarik.
• Melepaskan ketiga sekrup dari pusat piringan
pembagi
• Melepaskan kunci pena belakang.
• Mengeluarkan bagian peralatan satu persatu
piringan pembagi tersebut, dengan cara ditarik.
• Agar memudahkan penyetelan/pengesetan
setelah perbaikan dan agar tidak terjadi
kesalahan letak pemasangan dari peralatan
tersebut maka tiap-tiap peralatan/komponen
diberi tanda.
Gambar 2. Bentuk fisik kepala piringan pembagi[2]
Gambar 3. Bagian piringan pembagi
Melepaskan bagian rumah roda gigi
• Melepaskan baut pengikat rumah transmisi roda
gigi dan kepala lepas/penjepit benda kerja
dengan menggunakan kunci L dan ring sesuai
dengan jenis kepala mur pengikat.
• Dilepaskan kepala tetap/penjepit benda kerja
• Membuka bagian tutup rumah roda gigi.
• Memberikan tanda pada bagian-bagian yang
dibongkar.
• Membersihkan bagian dalam rumah dan roda
gigi sebelum pelepasan roda gigi yang terkait
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 19 September 2006
ISSN 94 1410 - 8178 Bambang Lusmiyanto dkk
dengan menggunakan solar/bensin, agar semua
bagian terlihat dengan jelas.
• Setelah rumah transmisi bagian atas terbuka
maka terlihat hubungan roda keong dan roda
spindel.
• Memasang kembali komponen piringan pembagi
seperti urutan semula, rumah transmisi bagian
atas tidak dipasang.
• Pencarian kerusakan dan faktor penyebab
terjadinya kerusakan. Dengan cara diputar-putar
searah dengan jarum jam dan juga berlawanan
serta mengamati bagian yang berhubungan
• Dalam hal ini ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan roda keong dan roda gigi
spindel[2]
Pemeriksaan/pengecekan bagian-bagian
• Pemeriksaan bagian poros dan roda gigi yang
terkait
• Pencarian kerusakan dan penyebab kerusakan
semua bagian masih terpasang, dengan diputarputar
secara perlahan-lahan semua bagian dari
poros utama sampai ke kepala tetap/cak
(penjepit benda kerja), mengamati gerakan
bagian yang berputar.
• Pengecekan engkol pemutar, poros roda keong,
roda gigi transmisi, laker dan rumah laker serta.
• Setelah ditemukan kerusakan maka menentukan
langkah perbaikan.
• Melepaskan kembali komponen yang terkait
dengan urutan seperti pada langkah a dan b.
• Pelaksanaan perbaikan diantaranya adalah
perbaikan ujung poros roda keong yang
tertumpu pada kedua buah laker keropos
(gambar nomor 25, Gambar 1), rumah
laker/bumbung eksentrik mengalami keausan
(nomor 11, Gambar 1), dua buah laker yang
menumpu poros roda keong hancur (nomor 24,
Gambar 1).
• Semua bagian yang dilepaskan harus diberi
tanda sesuai dengan urutan pembongkaran.
Setelah selesai perbaikan kemudian disetel
kembali, dilaksanakan pengujian fungsi kepala
pembagi tersebut, agar dapat mengetahui tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dapat diselesaikan perbaikan dan
perawatan peralatan kepala pembagi pada mesin
frais, penyebab terjadinya kerusakan dan
perbaikannya adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan temuan pencarian kerusakan atas
kepala pembagi tersebut terjadi kerusakan pada
kedua laker penumpu poros roda keong hancur,
ujung poros roda keong pada permukaan yang
ditumpu pada kedua buah laker tersebut
mengalami pengeroposan, akibat dari dua buah
laker yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga rumah laker aus.
2. Penyebab kerusakan tersebut berdasar
pengamatan setelah pembongkaran adalah
menimbunnya gram dan bekas air pendingin
yang masuk kedalam rumah roda gigi transmisi.
Sehingga lama kelamaan merendam roda gigi
dan komponen yang lain, terjadilah korosi pada
komponen tersebut dan menghancurkan lager,
rumah lager, permukaan poros roda keong yang
mengakibatkan kemacetan pada putaran
transmisi. Dan juga dimungkinkan ada pengguna
dalam mengoperasikan kepala piringan pembagi
ini dengan memaksakan memutar engkol
pemutar, sehingga terjadi keausan pada
permukaan poros yang tergesek pada laker yang
macet tersebut dan juga pada rumah laker, yang
menyebabkan kerusakan secara fatal.
3. Perbaikan dan penggantian komponen meliputi :
4. - Rumah laker (bumbung eksentrik) mengalami
keausan karena terendam air bekas pendingin,
ditunjukkan pada bagian gambar nomor 11,
Gambar 1.
5. Cara perbaikannya adalah :
Dengan cara melipisi permukaan
menggunakan plat kuningan tebal 0,2 mm, lebar 15
mm.
• Penggantian dua buah laker sebagai penumpu
poros roda keong nomor 24, Gambar 1.
Kedua buah lager yang dipergunakan dengan
standart diameter luar 18 mm, diameter dalam
(poros) 15 mm, nomor seri M102 MB 51192
• Permukaan poros roda keong nomor 25, Gambar
1. Dengan cara bagian yang keropos dipopok las
listrik, kemudian dibubut sesuai dengan diameter
semula
6. Untuk mengatasi menimbunnya gram beserta
sisa air pendingin yang masuk kedalam rumah
roda gigi transmisi maka pada badan kepala
pembagi bagian bawah dibuat lubang yang
berfungsi untuk keluarnya sisa air pendingin,
gram yang terbawa masuk bekas air pendingin
lewat celah tutup kepala piringan pembagi,
jumlah pelubangan empat tempat dengan
diameter 2,5 mm.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 19 September 2006
Bambang Lusmiyanto, dkk. ISSN 1410 – 8178 95
7. Berdasarkan hasil perbaikan dan perawatan
kepala pembagi pada mesin frais tersebut,
kemudian disetel kembali untuk dilaksanakan
pengujian fungsi kepala pembagi tersebut.
8. Hasil uji fungsi peralatan kepala pembagi setelah
diperbaiki dapat berfungsi seperti semula dan
siap dipergunakan sebagaimana mestinya.
KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan perbaikan dan
perawatan kepala pembagi pada mesin frais,
beberapa tindakan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut yaitu :
1. Telah dapat dilaksanakan perbaikan dan
perawatan peralatan kepala pembagi pada
mesin frais dengan penggantian 2 (dua) buah
laker sebagai penumpu poros roda keong, data
kedua buah laker adalah nomor seri M102 MB
51192
2. Poros roda keong terutama pada permukaannya
diperbaiki dengan cara dipopok las pada bagian
yang keropos kemudian dibubut sesuai dengan
standart laker yang digunakan.
3. Memberi lubang kecil pada rumah roda gigi
tranmisi dibagian bawah untuk pembuangan
gram dan sisa air pendingin yang masuk,
jumlah lubang ada 4 (empat) buah dengan
diameter mata bor 2,5 mm.
4. Penyebab kerusakan yang terjadi yaitu pada bak
transmisi roda gigi tertumpuk gram (bekas
sayatan logam) dan poros roda keong, laker
serta rumah laker terendam oleh sisa air
pendingin dengan waktu yang lama menumpuk
dan menggumpal.
5. Berdasarkan uji fungsi setelah perbaikan, maka
peralatan kepala pembagi pada mesin frais
tersebut dapat difungsikan seperti semula.
SARAN
1. Berhubung peralatan kepala pembagi tersebut
sudah sangat tua dan di bengkel mekanik hanya
mempunyai 1 (satu) unit maka perlu adanya
pembelian peralatan yang baru, sehingga bila
terjadi kerusakan tetap dapat melaksanakan
pelayanan. Oleh karena itu perlu adanya
perhatian kepada para pejabat yang terkait.
2. Para teknisi dan pengguna peralatan hendaknya
sangat memperhatikan dan mengetahui fungsi
dan cara penyetelan handel-handel yang ada
pada peralatan kepala pembagi tersebut.
3. Hindari penyetelan secara pemaksaan sehingga
terhindar dari kerusakan dan kecelakaan kerja.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada Bapak Kepala Balai
Elektromekanik dan Bapak Kepala Kelompok
Penunjang Sarana Operasional yang telah memberi
kepercayaan kepada penulis untuk memperbaiki
peralatan kepala pembagi pada mesin frais. Bapak
Sudarto yang telah banyak membantu perbaikan
peralatan tersebut sehingga dapat diselesaikan
dengan hasil yang baik, serta teman-teman staf
penunjang sarana operasional yang tak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan bantuan untuk menyelesaikan
perbaikan peralatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. SCHONMETZ A., SINNL P., HEUBERGER.
“Pengerjaan Logam dengan Mesin” , Penerbit
Angkasa Bandung, (1985).
2. SURBAKTY, KASMAN BARUS.
“Ketrampilan dasar Mengefrais” CV SINAR
HARAPAN MADIUN, Edisi kedua. (1984).
3. STOLK. J., KROS. C., “ELEMEN MESIN”
Edisi ke 2. Penerbit ERLANGGA, Jakarta
(1984).
4. DJAPRIE S., “METALURGI MEKANIK”
Edisi ke 3 Jilid 2., Penerbit ERLANGGA
(1992).
5. POPOV E. P., ASTAMAR Z.,”MECHANICS
OF MATERIALS”, Versi S1, Penerbit
ERLANGGA (1989).
TANYA JAWAB
Jaswadi
􀂾 Mengapa kepala mesin frais perlu diperbaiki
􀂾 Bahan apa saja yang perlu dipersiapkan agar
perbaikan dapat berhasil baik
􀂾 Sampai berapa prosen hasil poerbaikannya
Bambang Lusmiyanto
􀂗 Karena keadaan rusak tidak dapat dipakai,
padahal itu hanya satu-satunya alat yang kami
punyai dan kalau beli baru harganya
Rp. 35.000.000,-
􀂗 Perencanaan, kunci-kunci harus lengkap
􀂗 Hasil perbaikkan 100%, sehingga sekarang
sudah dapat difungsikan kembali Read More..
STANDAR KOMPETENSI
TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
MESIN PRODUKSI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
2004
i
D A F T A R I S I
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
hal
1. Kode Unit : IPL.RAW.001(2).A................................................................ 1
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Bubut
(Turning Machine) dan Mesin Frais (Milling Machine)
2. Kode Unit : IPL.RAW.002(2).A................................................................ 5
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Punching dan
Mesin Pemotong (Cutting Machine)
3. Kode Unit : IPL.RAW.003(2).A................................................................ 9
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Moulding
4. Kode Unit : IPL.RAW.004(2).A................................................................ 13
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Bending
5. Kode Unit : IPL.RAW.005(2).A................................................................ 17
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Sistem Kelistrikan
dan Instrumentasi pada Mesin Pengecor (Casting
Machine)
6. Kode Unit : IPL.RAW.006(2).A................................................................ 20
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Sistem Mekanik
pada Mesin Pengecor (Casting Machine)
1
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
Kode Unit : IPL.RAW.001(2).A
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Bubut (Turning
Machine) dan Mesin Frais (Milling Machine)
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pelaksanaan perawatan dan
perbaikan sistem mekanis, sistem kelistrikan dan instrumentasi
pada mesin bubut (turning machine) dan mesin frais (milling
machine), termasuk juga yang telah menggunakan computer
numerical control (CNC), meliputi : sistem penggerak dan
transmisi, sistem pneumatik, pelumasan mesin, cooling system,
bantalan (bearing), kesimetrisan dan kestabilan
(leveling/alignment and balancing), pengkawatan, sistem sirkit
listrik, sistem kontrol proses, instrumen sensor, transmiter dan
lain-lain.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Merencanakan
dan
mempersiapkan
pekerjaan
1.1 Kebijakan dan prosedur K3 dipahami. Perawatan
dan perbaikan mesin produksi direncanakan dan
dipersiapkan sesuai dengan prosedur standar kerja
yang berlaku.
1.2 Surat perintah kerja/izin kerja, prosedur standar kerja,
instruksi perawatan dan perbaikan, blangko dan
dokumen terkait lainnya disiapkan dan dipahami.
1.3 Koordinasi dengan personel bagian lain dilakukan
melalui personel yang berwenang.
1.4 Perkakas, perlengkapan, material, dan alat
keselamatan personil yang diperlukan dipastikan
telah tersedia, masih bekerja baik, dan aman
digunakan.
2 Melaksanakan
pekerjaan
2.1 Mesin produksi dirawat dan diperbaiki dengan
mengikuti prosedur standar kerja dan instruksi
perawatan dan perbaikan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan, tanpa menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap lingkungan sekitar atau fungsi
peralatan lain.
2.2 Kejadian atau keadaan yang tidak terduga
diselesaikan sesuai prosedur standar kerja yang
ditetapkan.
2.3 Persetujuan harus diperoleh dari personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja
2
yang ditetapkan sebelum suatu tindakan alternatif
dilakukan.
2.4 Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan.
2.5 Setelah selesai, perkakas, perlengkapan, dan alat
keselamatan personel yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dibersihkan, diperiksa, dan
dikembalikan ke tempat semula.
3 Melaporkan hasil
pekerjaan
3.1 Hasil pekerjaan dilaporkan kepada personel yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja.
Istilah-istilah umum pada unit ini diperlihatkan dengan kata yang digarisbawahi.
Definisi dan ruang lingkup yang dimaksudkan untuk dicakup dijelaskan pada Daftar
Kosakata.
Batasan Variabel
Dalam melaksanakan unit kompetensi ini harus didukung antara lain dengan
adanya:
1. Kebijakan dan prosedur K3;
2. Prosedur standar kerja (Standard Operating Procedure/SOP);
3. Instruksi perawatan dan perbaikan (Instruction Manual);
4. Persyaratan pekerjaan;
5. Perkakas, perlengkapan, material, dan alat keselamatan personil yang
dibutuhkan;
6. Personel yang berwenang;
7. Sistem dan format pelaporan.
Panduan Penilaian
A. Persyaratan Dasar
Minimal D3 Teknik atau SLTA berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun.
B. Unit Kompetensi Pendukung
Kode Unit Judul Unit
C. Pembuktian Pencapaian Kompetensi
Pencapaian kompetensi dibuktikan dengan adanya kemampuan untuk:
1. Memperagakan/mendemonstrasikan unjuk kerja yang konsisten untuk
setiap elemen kompetensi;
3
2. Memenuhi kriteria unjuk kerja setiap elemen kompetensi dengan
mempergunakan teknik, prosedur, informasi, dan sumber daya yang
tersedia di tempat kerja;
3. Memperagakan/mendemonstrasikan pemahaman atas pengetahuan dan
keterampilan pendukung sebagaimana dimaksud dalam bagian
Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung.
D. Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung
Keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan dan prosedur K3 yang berlaku, keselamatan personel, alat
keselamatan personel, bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
peralatan proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya, prosedur bekerja
dengan menggunakan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, prosedur
penyelamatan dan pertolongan pertama, prosedur pelaporan jika terjadi
bahaya atau kecelakaan kerja
Interpretasi gambar teknik
Standar gambar teknik, daftar komponen dan material, jenis garis, simbolsimbol
gambar teknik, diagram skematik, diagram blok
Penggunaan perkakas dan gawai ukur
Identifikasi dan penggunaan perkakas untuk penandaan, pemotongan,
pemasangan, dan pengerjaan akhir, identifikasi dan penggunaan gawai ukur
Pengetahuan tentang penggerak, transmisi dan penghubung mekanis
Pemahaman tentang jenis-jenis ulir, roda gigi, pulley, kopling, poros, bantalan
(bearing) dan hubungan satu sama lain
Pengetahuan tentang sistem pneumatik
Teori dasar mekanik, pemahaman tentang mekanika fluida, jenis dan
spesifikasi kompresor, filter, valve, packing dan seal
Pengetahuan tentang pelumasan mesin
Pemahaman tentang jenis dan spesifikasi pelumas
Pengetahuan tentang cooling system
Pemahaman tentang jenis dan spesifikasi pendingin (coolant) yang sesuai
dengan material cutter dan bahan kerja, jenis dan spesifikasi pompa
Teori listrik
Satuan besaran-besaran listrik, daya dan energi, torsi, rugi-rugi dan efisiensi,
konduktor, insulator, arus, tegangan, teori rangkaian listrik, hukum Ohm,
hukum Kirchhoff, rangkaian seri/paralel, rangkaian arus searah/arus bolakbalik,
sistem 1-fasa/3-fasa, resistansi, induktansi, kapasitansi, impedansi
Motor listrik
Konstruksi, prinsip kerja, dan karakteristik motor listrik tiga fasa, sistem
proteksi
Teknik pengkawatan
Keselamatan ketenagalistrikan, isolasi, pembumian, pengetesan peralatan
tenaga listrik, jenis-jenis penghantar, kabel daya, kode warna, penyambungan
dan terminasi, sistem pengkawatan, lengkapan kabel daya
4
Mempersiapkan dan menulis dokumen teknis
Penulisan laporan, pendokumentasian
Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci A B C D E F G
Tingkat Unjuk Kerja 2 2 2 2 2 2 2
5
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
Kode Unit : IPL.RAW.002(2).A
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Punching dan
Mesin Pemotong (Cutting Machine)
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pelaksanaan perawatan dan
perbaikan sistem mekanis, sistem kelistrikan dan instrumentasi
pada mesin punching dan mesin pemotong (cutting machine),
termasuk juga yang telah menggunakan computer numerical
control (CNC), meliputi: penggerak dan transmisi, sistem
pneumatik, pelumasan mesin, bantalan (bearing), dan dies,
pengkawatan, sistem sirkit listrik, sistem kontrol proses,
instrumen sensor, transmiter dan lain-lain.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Merencanakan
dan
mempersiapkan
pekerjaan
1.1 Kebijakan dan prosedur K3 dipahami. Perawatan
dan perbaikan mesin produksi direncanakan dan
dipersiapkan sesuai dengan prosedur standar kerja
yang berlaku.
1.2 Surat perintah kerja/izin kerja, prosedur standar kerja,
instruksi perawatan dan perbaikan, blangko dan
dokumen terkait lainnya disiapkan dan dipahami.
1.3 Koordinasi dengan personel bagian lain dilakukan
melalui personel yang berwenang.
1.4 Perkakas, perlengkapan, material, dan alat
keselamatan personil yang diperlukan dipastikan
telah tersedia, masih bekerja baik, dan aman
digunakan.
2 Melaksanakan
pekerjaan
2.1 Mesin produksi dirawat dan diperbaiki dengan
mengikuti prosedur standar kerja dan instruksi
perawatan dan perbaikan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan, tanpa menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap lingkungan sekitar atau fungsi
peralatan lain.
2.2 Kejadian atau keadaan yang tidak terduga
diselesaikan sesuai prosedur standar kerja yang
ditetapkan.
2.3 Persetujuan harus diperoleh dari personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja
yang ditetapkan sebelum suatu tindakan alternatif
dilakukan.
6
2.4 Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan.
2.5 Setelah selesai, perkakas, perlengkapan, dan alat
keselamatan personel yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dibersihkan, diperiksa, dan
dikembalikan ke tempat semula.
3 Melaporkan hasil
pekerjaan
3.1 Hasil pekerjaan dilaporkan kepada personel yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja.
Istilah-istilah umum pada unit ini diperlihatkan dengan kata yang digarisbawahi.
Definisi dan ruang lingkup yang dimaksudkan untuk dicakup dijelaskan pada Daftar
Kosakata.
Batasan Variabel
Dalam melaksanakan unit kompetensi ini harus didukung antara lain dengan
adanya:
1. Kebijakan dan prosedur K3;
2. Prosedur standar kerja (Standard Operating Procedure/SOP);
3. Instruksi perawatan dan perbaikan (Instruction Manual);
4. Persyaratan pekerjaan;
5. Perkakas, perlengkapan, material, dan alat keselamatan personil yang
dibutuhkan;
6. Personel yang berwenang;
7. Sistem dan format pelaporan.
Panduan Penilaian
A. Persyaratan Dasar
Minimal D3 Teknik atau SLTA berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun.
B. Unit Kompetensi Pendukung
Kode Unit Judul Unit
C. Pembuktian Pencapaian Kompetensi
Pencapaian kompetensi dibuktikan dengan adanya kemampuan untuk:
1. Memperagakan/mendemonstrasikan unjuk kerja yang konsisten untuk
setiap elemen kompetensi;
7
2. Memenuhi kriteria unjuk kerja setiap elemen kompetensi dengan
mempergunakan teknik, prosedur, informasi, dan sumber daya yang
tersedia di tempat kerja;
3. Memperagakan/mendemonstrasikan pemahaman atas pengetahuan dan
keterampilan pendukung sebagaimana dimaksud dalam bagian
Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung.
D. Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung
Keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan dan prosedur K3 yang berlaku, keselamatan personel, alat
keselamatan personel, bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
peralatan proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya, prosedur bekerja
dengan menggunakan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, prosedur
penyelamatan dan pertolongan pertama, prosedur pelaporan jika terjadi
bahaya atau kecelakaan kerja
Interpretasi gambar teknik
Standar gambar teknik, daftar komponen dan material, jenis garis, simbolsimbol
gambar teknik, diagram skematik, diagram blok
Penggunaan perkakas dan gawai ukur
Identifikasi dan penggunaan perkakas untuk penandaan, pemotongan,
pemasangan, dan pengerjaan akhir, identifikasi dan penggunaan gawai ukur
Pengetahuan tentang penggerak, transmisi dan penghubung mekanis
Pemahaman tentang jenis-jenis ulir, roda gigi, pulley, kopling, poros, bantalan
(bearing) dan hubungan satu sama lain
Pengetahuan tentang sistem pneumatik dan pelumasan
Teori dasar mekanik, pemahaman tentang mekanika fluida, jenis dan
spesifikasi kompresor, filter, valve, packing dan seal
Pengetahuan tentang pelumasan mesin
Pemahaman tentang jenis dan spesifikasi pelumas
Teori listrik
Satuan besaran-besaran listrik, daya dan energi, torsi, rugi-rugi dan efisiensi,
konduktor, insulator, arus, tegangan, teori rangkaian listrik, hukum Ohm,
hukum Kirchhoff, rangkaian seri/paralel, rangkaian arus searah/arus bolakbalik,
sistem 1-fasa/3-fasa, resistansi, induktansi, kapasitansi, impedansi
Motor listrik
Konstruksi, prinsip kerja, dan karakteristik motor listrik tiga fasa, sistem
proteksi
Teknik pengkawatan
Keselamatan ketenagalistrikan, isolasi, pembumian, pengetesan peralatan
tenaga listrik, jenis-jenis penghantar, kabel daya, kode warna, penyambungan
dan terminasi, sistem pengkawatan, lengkapan kabel daya
Mempersiapkan dan menulis dokumen teknis
Penulisan laporan, pendokumentasian
8
Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci A B C D E F G
Tingkat Unjuk Kerja 2 2 2 2 2 2 2
9
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
Kode Unit : IPL.RAW.003(2).A
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Moulding
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pelaksanaan perawatan dan
perbaikan sistem mekanis, sistem kelistrikan dan instrumentasi
pada mesin moulding dengan injeksi maupun tidak, termasuk
juga yang telah menggunakan computer numerical control
(CNC), meliputi: penggerak dan transmisi, sistem pneumatik,
pelumasan, bantalan (bearing), dan mould, pengkawatan,
sistem sirkit listrik, sistem kontrol proses, instrumen sensor,
transmiter dan lain-lain.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Merencanakan
dan
mempersiapkan
pekerjaan
1.1 Kebijakan dan prosedur K3 dipahami. Perawatan
dan perbaikan mesin produksi direncanakan dan
dipersiapkan sesuai dengan prosedur standar kerja
yang berlaku.
1.2 Surat perintah kerja/izin kerja, prosedur standar kerja,
instruksi perawatan dan perbaikan, blangko dan
dokumen terkait lainnya disiapkan dan dipahami.
1.3 Koordinasi dengan personel bagian lain dilakukan
melalui personel yang berwenang.
1.4 Perkakas, perlengkapan, material, dan alat
keselamatan personil yang diperlukan dipastikan
telah tersedia, masih bekerja baik, dan aman
digunakan.
2 Melaksanakan
pekerjaan
2.1 Mesin produksi dirawat dan diperbaiki dengan
mengikuti prosedur standar kerja dan instruksi
perawatan dan perbaikan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan, tanpa menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap lingkungan sekitar atau fungsi
peralatan lain.
2.2 Kejadian atau keadaan yang tidak terduga
diselesaikan sesuai prosedur standar kerja yang
ditetapkan.
2.3 Persetujuan harus diperoleh dari personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja
yang ditetapkan sebelum suatu tindakan alternatif
dilakukan.
10
2.4 Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan.
2.5 Setelah selesai, perkakas, perlengkapan, dan alat
keselamatan personel yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dibersihkan, diperiksa, dan
dikembalikan ke tempat semula.
3 Melaporkan hasil
pekerjaan
3.1 Hasil pekerjaan dilaporkan kepada personel yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja.
Istilah-istilah umum pada unit ini diperlihatkan dengan kata yang digarisbawahi.
Definisi dan ruang lingkup yang dimaksudkan untuk dicakup dijelaskan pada Daftar
Kosakata.
Batasan Variabel
Dalam melaksanakan unit kompetensi ini harus didukung antara lain dengan
adanya:
1. Kebijakan dan prosedur K3;
2. Prosedur standar kerja (Standard Operating Procedure/SOP);
3. Instruksi perawatan dan perbaikan (Instruction Manual);
4. Persyaratan pekerjaan;
5. Perkakas, perlengkapan, material, dan alat keselamatan personil yang
dibutuhkan;
6. Personel yang berwenang;
7. Sistem dan format pelaporan.
Panduan Penilaian
A. Persyaratan Dasar
Minimal D3 Teknik atau SLTA berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun.
B. Unit Kompetensi Pendukung
Kode Unit Judul Unit
C. Pembuktian Pencapaian Kompetensi
Pencapaian kompetensi dibuktikan dengan adanya kemampuan untuk:
1. Memperagakan/mendemonstrasikan unjuk kerja yang konsisten untuk
setiap elemen kompetensi;
11
2. Memenuhi kriteria unjuk kerja setiap elemen kompetensi dengan
mempergunakan teknik, prosedur, informasi, dan sumber daya yang
tersedia di tempat kerja;
3. Memperagakan/mendemonstrasikan pemahaman atas pengetahuan dan
keterampilan pendukung sebagaimana dimaksud dalam bagian
Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung.
D. Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung
Keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan dan prosedur K3 yang berlaku, keselamatan personel, alat
keselamatan personel, bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
peralatan proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya, prosedur bekerja
dengan menggunakan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, prosedur
penyelamatan dan pertolongan pertama, prosedur pelaporan jika terjadi
bahaya atau kecelakaan kerja
Interpretasi gambar teknik
Standar gambar teknik, daftar komponen dan material, jenis garis, simbolsimbol
gambar teknik, diagram skematik, diagram blok
Penggunaan perkakas dan gawai ukur
Identifikasi dan penggunaan perkakas untuk penandaan, pemotongan,
pemasangan, dan pengerjaan akhir, identifikasi dan penggunaan gawai ukur
Pengetahuan tentang penggerak, transmisi dan penghubung mekanis
Pemahaman tentang jenis-jenis ulir, roda gigi, pulley, kopling, poros, bantalan
(bearing) dan hubungan satu sama lain
Pengetahuan tentang sistem pneumatik
Teori dasar mekanik, pemahaman tentang mekanika fluida, jenis dan
spesifikasi kompresor, filter, valve, packing dan seal
Pengetahuan tentang pelumasan mesin
Pemahaman tentang jenis dan spesifikasi pelumas
Teori listrik
Satuan besaran-besaran listrik, daya dan energi, torsi, rugi-rugi dan efisiensi,
konduktor, insulator, arus, tegangan, teori rangkaian listrik, hukum Ohm,
hukum Kirchhoff, rangkaian seri/paralel, rangkaian arus searah/arus bolakbalik,
sistem 1-fasa/3-fasa, resistansi, induktansi, kapasitansi, impedansi
Motor listrik
Konstruksi, prinsip kerja, dan karakteristik motor listrik tiga fasa, sistem
proteksi
Teknik pengkawatan
Keselamatan ketenagalistrikan, isolasi, pembumian, pengetesan peralatan
tenaga listrik, jenis-jenis penghantar, kabel daya, kode warna, penyambungan
dan terminasi, sistem pengkawatan, lengkapan kabel daya
Mempersiapkan dan menulis dokumen teknis
Penulisan laporan, pendokumentasian
12
Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci A B C D E F G
Tingkat Unjuk Kerja 2 2 2 2 2 2 2
13
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
Kode Unit : IPL.RAW.004(2).A
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Mesin Bending
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pelaksanaan perawatan dan
perbaikan sistem mekanis, sistem kelistrikan dan instrumentasi
pada mesin bending penggerak manual maupun otomatis,
meliputi: penggerak dan transmisi, sistem pneumatik,
pelumasan, bantalan (bearing), dies, pengkawatan, sistem sirkit
listrik, sistem kontrol proses, instrumen sensor, transmiter dan
lain-lain.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Merencanakan
dan
mempersiapkan
pekerjaan
1.1 Kebijakan dan prosedur K3 dipahami. Perawatan
dan perbaikan mesin produksi direncanakan dan
dipersiapkan sesuai dengan prosedur standar kerja
yang berlaku.
1.2 Surat perintah kerja/izin kerja, prosedur standar kerja,
instruksi perawatan dan perbaikan, blangko dan
dokumen terkait lainnya disiapkan dan dipahami.
1.3 Koordinasi dengan personel bagian lain dilakukan
melalui personel yang berwenang.
1.4 Perkakas, perlengkapan, material, dan alat
keselamatan personil yang diperlukan dipastikan
telah tersedia, masih bekerja baik, dan aman
digunakan.
2 Melaksanakan
pekerjaan
2.1 Mesin produksi dirawat dan diperbaiki dengan
mengikuti prosedur standar kerja dan instruksi
perawatan dan perbaikan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan, tanpa menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap lingkungan sekitar atau fungsi
peralatan lain.
2.2 Kejadian atau keadaan yang tidak terduga
diselesaikan sesuai prosedur standar kerja yang
ditetapkan.
2.3 Persetujuan harus diperoleh dari personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja
yang ditetapkan sebelum suatu tindakan alternatif
dilakukan.
2.4 Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa
14
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan.
2.5 Setelah selesai, perkakas, perlengkapan, dan alat
keselamatan personel yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dibersihkan, diperiksa, dan
dikembalikan ke tempat semula.
3 Melaporkan hasil
pekerjaan
3.1 Hasil pekerjaan dilaporkan kepada personel yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja.
Istilah-istilah umum pada unit ini diperlihatkan dengan kata yang digarisbawahi.
Definisi dan ruang lingkup yang dimaksudkan untuk dicakup dijelaskan pada Daftar
Kosakata.
Batasan Variabel
Dalam melaksanakan unit kompetensi ini harus didukung antara lain dengan
adanya:
1. Kebijakan dan prosedur K3;
2. Prosedur standar kerja (Standard Operating Procedure/SOP);
3. Instruksi perawatan dan perbaikan (Instruction Manual);
4. Persyaratan pekerjaan;
5. Perkakas, perlengkapan, material, dan alat keselamatan personil yang
dibutuhkan;
6. Personel yang berwenang;
7. Sistem dan format pelaporan.
Panduan Penilaian
A. Persyaratan Dasar
Minimal D3 Teknik atau SLTA berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun.
B. Unit Kompetensi Pendukung
Kode Unit Judul Unit
C. Pembuktian Pencapaian Kompetensi
Pencapaian kompetensi dibuktikan dengan adanya kemampuan untuk:
1. Memperagakan/mendemonstrasikan unjuk kerja yang konsisten untuk
setiap elemen kompetensi;
2. Memenuhi kriteria unjuk kerja setiap elemen kompetensi dengan
mempergunakan teknik, prosedur, informasi, dan sumber daya yang
tersedia di tempat kerja;
15
3. Memperagakan/mendemonstrasikan pemahaman atas pengetahuan dan
keterampilan pendukung sebagaimana dimaksud dalam bagian
Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung.
D. Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung
Keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan dan prosedur K3 yang berlaku, keselamatan personel, alat
keselamatan personel, bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
peralatan proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya, prosedur bekerja
dengan menggunakan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, prosedur
penyelamatan dan pertolongan pertama, prosedur pelaporan jika terjadi
bahaya atau kecelakaan kerja
Interpretasi gambar teknik
Standar gambar teknik, daftar komponen dan material, jenis garis, simbolsimbol
gambar teknik, diagram skematik, diagram blok
Penggunaan perkakas dan gawai ukur
Identifikasi dan penggunaan perkakas untuk penandaan, pemotongan,
pemasangan, dan pengerjaan akhir, identifikasi dan penggunaan gawai ukur
Pengetahuan tentang penggerak, transmisi dan penghubung mekanis
Pemahaman tentang jenis-jenis ulir, roda gigi, pulley, kopling, poros, bantalan
(bearing) dan hubungan satu sama lain
Pengetahuan tentang sistem pneumatik
Teori dasar mekanik, pemahaman tentang mekanika fluida, jenis dan
spesifikasi kompresor, filter, valve, packing dan seal
Pengetahuan tentang pelumasan mesin
Pemahaman tentang jenis dan spesifikasi pelumas
Teori listrik
Satuan besaran-besaran listrik, daya dan energi, torsi, rugi-rugi dan efisiensi,
konduktor, insulator, arus, tegangan, teori rangkaian listrik, hukum Ohm,
hukum Kirchhoff, rangkaian seri/paralel, rangkaian arus searah/arus bolakbalik,
sistem 1-fasa/3-fasa, resistansi, induktansi, kapasitansi, impedansi
Motor listrik
Konstruksi, prinsip kerja, dan karakteristik motor listrik tiga fasa, sistem
proteksi
Teknik pengkawatan
Keselamatan ketenagalistrikan, isolasi, pembumian, pengetesan peralatan
tenaga listrik, jenis-jenis penghantar, kabel daya, kode warna, penyambungan
dan terminasi, sistem pengkawatan, lengkapan kabel daya
Mempersiapkan dan menulis dokumen teknis
Penulisan laporan, pendokumentasian
16
Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci A B C D E F G
Tingkat Unjuk Kerja 2 2 2 2 2 2 2
17
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
Kode Unit : IPL.RAW.005(2).A
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Sistem Kelistrikan dan
Instrumentasi pada Mesin Pengecor (Casting Machine)
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pelaksanaan perawatan dan
perbaikan sistem kelistrikan dan instrumentasi pada mesin
pengecor yang berpenggerak manual maupun otomatis,
meliputi: penggerak, pengkawatan, sistem sirkit listrik, sistem
kontrol proses, instrumen sensor, transmiter dan lain-lain sesuai
dengan prosedur standar kerja dan petunjuk pengoperasian
mesin.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Merencanakan
dan
mempersiapkan
pekerjaan
1.1 Kebijakan dan prosedur K3 dipahami. Perawatan
dan perbaikan mesin produksi direncanakan dan
dipersiapkan sesuai dengan prosedur standar kerja
yang berlaku.
1.2 Surat perintah kerja/izin kerja, prosedur standar kerja,
instruksi perawatan dan perbaikan, blangko dan
dokumen terkait lainnya disiapkan dan dipahami.
1.3 Koordinasi dengan personel bagian lain dilakukan
melalui personel yang berwenang.
1.4 Perkakas, perlengkapan, material, dan alat
keselamatan personil yang diperlukan dipastikan
telah tersedia, masih bekerja baik, dan aman
digunakan.
2 Melaksanakan
pekerjaan
2.1 Mesin produksi dirawat dan diperbaiki dengan
mengikuti prosedur standar kerja dan instruksi
perawatan dan perbaikan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan, tanpa menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap lingkungan sekitar atau fungsi
peralatan lain.
2.2 Kejadian atau keadaan yang tidak terduga
diselesaikan sesuai prosedur standar kerja yang
ditetapkan.
2.3 Persetujuan harus diperoleh dari personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja
yang ditetapkan sebelum suatu tindakan alternatif
dilakukan.
18
2.4 Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan.
2.5 Setelah selesai, perkakas, perlengkapan, dan alat
keselamatan personel yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dibersihkan, diperiksa, dan
dikembalikan ke tempat semula.
3 Melaporkan hasil
pekerjaan
3.1 Hasil pekerjaan dilaporkan kepada personel yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja.
Istilah-istilah umum pada unit ini diperlihatkan dengan kata yang digarisbawahi.
Definisi dan ruang lingkup yang dimaksudkan untuk dicakup dijelaskan pada Daftar
Kosakata.
Batasan Variabel
Dalam melaksanakan unit kompetensi ini harus didukung antara lain dengan
adanya:
1. Kebijakan dan prosedur K3;
2. Prosedur standar kerja (Standard Operating Procedure/SOP);
3. Instruksi perawatan dan perbaikan (Instruction Manual);
4. Persyaratan pekerjaan;
5. Perkakas, perlengkapan, material, dan alat keselamatan personil yang
dibutuhkan;
6. Personel yang berwenang;
7. Sistem dan format pelaporan.
Panduan Penilaian
A. Persyaratan Dasar
Minimal SLTA atau berpengalaman di bidangnya minimal 1 tahun.
B. Unit Kompetensi Pendukung
Kode Unit Judul Unit
C. Pembuktian Pencapaian Kompetensi
Pencapaian kompetensi dibuktikan dengan adanya kemampuan untuk:
1. Memperagakan/mendemonstrasikan unjuk kerja yang konsisten untuk
setiap elemen kompetensi;
19
2. Memenuhi kriteria unjuk kerja setiap elemen kompetensi dengan
mempergunakan teknik, prosedur, informasi, dan sumber daya yang
tersedia di tempat kerja;
3. Memperagakan/mendemonstrasikan pemahaman atas pengetahuan dan
keterampilan pendukung sebagaimana dimaksud dalam bagian
Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung.
D. Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung
Keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan dan prosedur K3 yang berlaku, keselamatan personel, alat
keselamatan personel, bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
peralatan proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya, prosedur bekerja
dengan menggunakan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, prosedur
penyelamatan dan pertolongan pertama, prosedur pelaporan jika terjadi
bahaya atau kecelakaan kerja
Interpretasi gambar teknik
Standar gambar teknik, daftar komponen dan material, jenis garis, simbolsimbol
gambar teknik, diagram skematik, diagram blok
Penggunaan perkakas dan gawai ukur
Identifikasi dan penggunaan perkakas untuk penandaan, pemotongan,
pemasangan, dan pengerjaan akhir, identifikasi dan penggunaan gawai ukur
Teori listrik
Satuan besaran-besaran listrik, daya dan energi, torsi, rugi-rugi dan efisiensi,
konduktor, insulator, arus, tegangan, teori rangkaian listrik, hukum Ohm,
hukum Kirchhoff, rangkaian seri/paralel, rangkaian arus searah/arus bolakbalik,
sistem 1-fasa/3-fasa, resistansi, induktansi, kapasitansi, impedansi
Motor listrik
Konstruksi, prinsip kerja, dan karakteristik motor listrik satu fasa dan tiga fasa,
sistem proteksi
Teknik pengkawatan
Keselamatan ketenagalistrikan, isolasi, pembumian, pengetesan peralatan
tenaga listrik, jenis-jenis penghantar, kabel daya, kode warna, penyambungan
dan terminasi, sistem pengkawatan, lengkapan kabel daya
Mempersiapkan dan menulis dokumen teknis
Penulisan laporan, pendokumentasian
Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci A B C D E F G
Tingkat Unjuk Kerja 2 2 2 2 2 2 2
20
STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK
SUB-BIDANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN PRODUKSI
Kode Unit : IPL.RAW.006(2).A
Judul Unit : Melakukan Perawatan dan Perbaikan Sistem Mekanik pada
Mesin Pengecor (Casting Machine)
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pelaksanaan perawatan dan
perbaikan sistem mekanis pada mesin pengecor yang
berpenggerak manual maupun otomatis, meliputi: penggerak
dan transmisi, sistem hidrolik dan pneumatik, pelumasan,
bantalan (bearing), mould, dan lain-lain sesuai dengan prosedur
standar kerja dan petunjuk pengoperasian mesin.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Merencanakan
dan
mempersiapkan
pekerjaan
1.1 Kebijakan dan prosedur K3 dipahami. Perawatan
dan perbaikan mesin produksi direncanakan dan
dipersiapkan sesuai dengan prosedur standar kerja
yang berlaku.
1.2 Surat perintah kerja/izin kerja, prosedur standar kerja,
instruksi perawatan dan perbaikan, blangko dan
dokumen terkait lainnya disiapkan dan dipahami.
1.3 Koordinasi dengan personel bagian lain dilakukan
melalui personel yang berwenang.
1.4 Perkakas, perlengkapan, material, dan alat
keselamatan personil yang diperlukan dipastikan
telah tersedia, masih bekerja baik, dan aman
digunakan.
2 Melaksanakan
pekerjaan
2.1 Mesin produksi dirawat dan diperbaiki dengan
mengikuti prosedur standar kerja dan instruksi
perawatan dan perbaikan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan, tanpa menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap lingkungan sekitar atau fungsi
peralatan lain.
2.2 Kejadian atau keadaan yang tidak terduga
diselesaikan sesuai prosedur standar kerja yang
ditetapkan.
2.3 Persetujuan harus diperoleh dari personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja
yang ditetapkan sebelum suatu tindakan alternatif
dilakukan.
2.4 Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa
21
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan.
2.5 Setelah selesai, perkakas, perlengkapan, dan alat
keselamatan personel yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dibersihkan, diperiksa, dan
dikembalikan ke tempat semula.
3 Melaporkan hasil
pekerjaan
3.1 Hasil pekerjaan dilaporkan kepada personel yang
berwenang sesuai dengan prosedur standar kerja.
Istilah-istilah umum pada unit ini diperlihatkan dengan kata yang digarisbawahi.
Definisi dan ruang lingkup yang dimaksudkan untuk dicakup dijelaskan pada Daftar
Kosakata.
Batasan Variabel
Dalam melaksanakan unit kompetensi ini harus didukung antara lain dengan
adanya:
1. Kebijakan dan prosedur K3;
2. Prosedur standar kerja (Standard Operating Procedure/SOP);
3. Instruksi perawatan dan perbaikan (Instruction Manual);
4. Persyaratan pekerjaan;
5. Perkakas, perlengkapan, material, dan alat keselamatan personil yang
dibutuhkan;
6. Personel yang berwenang;
7. Sistem dan format pelaporan.
Panduan Penilaian
A. Persyaratan Dasar
Minimal SLTA atau berpengalaman di bidangnya minimal 1 tahun.
B. Unit Kompetensi Pendukung
Kode Unit Judul Unit
C. Pembuktian Pencapaian Kompetensi
Pencapaian kompetensi dibuktikan dengan adanya kemampuan untuk:
1. Memperagakan/mendemonstrasikan unjuk kerja yang konsisten untuk
setiap elemen kompetensi;
2. Memenuhi kriteria unjuk kerja setiap elemen kompetensi dengan
mempergunakan teknik, prosedur, informasi, dan sumber daya yang
tersedia di tempat kerja;
22
3. Memperagakan/mendemonstrasikan pemahaman atas pengetahuan dan
keterampilan pendukung sebagaimana dimaksud dalam bagian
Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung.
D. Pengetahuan dan Keterampilan Pendukung
Keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan dan prosedur K3 yang berlaku, keselamatan personel, alat
keselamatan personel, bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
peralatan proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya, prosedur bekerja
dengan menggunakan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, prosedur
penyelamatan dan pertolongan pertama, prosedur pelaporan jika terjadi
bahaya atau kecelakaan kerja
Interpretasi gambar teknik
Standar gambar teknik, daftar komponen dan material, jenis garis, simbolsimbol
gambar teknik, diagram skematik, diagram blok
Penggunaan perkakas dan gawai ukur
Identifikasi dan penggunaan perkakas untuk penandaan, pemotongan,
pemasangan, dan pengerjaan akhir, identifikasi dan penggunaan gawai ukur
Pengetahuan tentang penggerak, transmisi dan penghubung mekanis
Pemahaman tentang jenis-jenis ulir, roda gigi, pulley, kopling, poros, bantalan
(bearing) dan hubungan satu sama lain
Pengetahuan tentang sistem hidrolik dan pneumatik
Teori dasar mekanik, pemahaman tentang mekanika fluida, jenis dan
spesifikasi pompa, kompresor, filter, valve, packing dan seal
Pengetahuan tentang pelumasan mesin
Pemahaman tentang jenis dan spesifikasi pelumas
Mempersiapkan dan menulis dokumen teknis
Penulisan laporan, pendokumentasian
Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci A B C D E F G
Tingkat Unjuk Kerja 2 2 2 2 2 2 2
23
DAFTAR KOSAKATA
Alat keselamatan personel
Peralatan/perlengkapan yang berfungsi melindungi pemakainya dari bahaya di
tempat kerja, a.l.: pakaian pelindung, kacamata pelindung, sepatu keselamatan,
sarung tangan, dll.
D3 Teknik
Diploma 3 di bidang Teknik Elektro atau Teknik Mesin
Gawai uji
Gawai dan instrumen yang digunakan untuk memastikan bahwa persyaratan
keselamatan dan fungsi operasi terpenuhi, dan untuk mendiagnose gangguan pada
peralatan, sirkit atau sistem.
Izin kerja
Mencakup setiap sistem perizinan dan pemberitahuan untuk bekerja secara aman
atau memindahkan perlengkapan/peralatan untuk servis secara aman.
Katalog
Dokumen yang berisi kumpulan data teknik dan spesifikasi/karakteristik, standar
yang diacu dalam pembuatan produk, dan fitur/keistimewaan produk-produk yang
dibuat/didistribusikan oleh suatu organisasi/perusahaan/pabrik
Kebijakan dan prosedur K3
Pengaturan suatu organisasi atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban secara
hukum dan etis untuk memastikan bahwa tempat kerja adalah aman dan tidak
membahayakan kesehatan. Hal ini mencakup:
- Mekanisme penilaian bahaya dan resiko
- Pelaksanaan peraturan keselamatan
- Pelatihan keselamatan
- Sistem keselamatan mencakup: prosedur izin kerja, prosedur isolasi, uap dan
gas, prosedur pemantauan/pengujian, penggunaan perlengkapan dan pakaian
pelindung
- Penggunaan petunjuk praktis
Komponen
Bagian dari suatu unit peralatan tenaga listrik, yang sudah dirancang sebagai suatu
unit tersendiri dan yang dapat diidentifikasikan.
Lembar data
Dokumen yang berisi data teknik dan spesifikasi/karakteristik produk, standar yang
diacu dalam pembuatan produk, dan fitur/keistimewaan produk.
Lengkapan
Setiap gawai yang terkait dengan dan membentuk bagian terpadu dengan sistem
pengawatan seperti antara lain sakelar, sekring, tusuk kontak, kotak kontak,
24
pemegang lampu, fiting, adaptor, roset, konektor, klem, terminasi kabel, sepatu
kabel, klip, kawat ikat dan pengikat.
Material
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi peralatan tenaga listrik,
termasuk raw material.
Peralatan tenaga listrik
Semua produk atau alat yang digunakan dalam proses penyediaan tenaga listrik
mulai dari titik pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.
Personel yang berwenang
Orang yang bertanggung jawab melakukan pengawasan, penilaian, dan/atau
pengambilan keputusan dalam kegiatan desain, pembelian, produksi, pengetesan
dan inspeksi, dan perawatan dan perbaikan mesin produksi, yaitu:
- Manajer lapangan;
- Manajer proyek;
- Enjinir & teknisi;
- Pakar teknik;
- Penyelia;
- Personel peraturan perundang-undangan;
- Ketua tim;
- Personel lain yang ditugaskan oleh organisasi atau perusahaan.
Persyaratan pekerjaan
Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi oleh personel, perlengkapan, perkakas,
material, komponen, prosedur pelaksanaan dan hasil suatu kegiatan. Kondisi-kondisi
tersebut dapat dituangkan dalam bentuk a.l.:
- Peraturan/regulasi Pemerintah
- Petunjuk praktis
- Spesifikasi kerja
- Dokumen perjalanan
- SNI, standar IEC, atau standar lain yang diakui
- Prosedur dan instruksi kerja
- Sistem jaminan mutu
- Spesifikasi pabrikan
- Manual dan jadwal pemeliharaan serta spesifikasi/standar
- Daftar sirkit/kabel
- Spesifikasi rancangan
- Persyaratan dan spesifikasi pelanggan
- Dokumen kontrak
- Pengetahuan pendukung
Perkakas
Benda yang digunakan dengan tangan untuk membantu melaksanakan pekerjaan
antara lain untuk membuat, membuka, menutup atau memperbaiki sesuatu.
Perlengkapan
Setiap bagian yang menunjang suatu instalasi, yang dapat berupa komponen atau
bukan komponen.
25
Prosedur kerja standar
Peraturan resmi suatu organisasi atau perusahaan tentang cara/metode
pelaksanaan suatu kegiatan/pekerjaan, berupa:
- Sistem jaminan mutu, misalnya:
􀂃 Spesifikasi, persyaratan dan prosedur.
􀂃 Perintah kerja/instruksi
􀂃 Prosedur laporan
􀂃 Mekanisme perbaikan
􀂃 Persyaratan kesesuaian
􀂃 Manajemen keselamatan
- Sistem izin kerja, misalnya:
􀂃 Izin kerja
􀂃 Prosedur pemantauan dan perizinan
􀂃 Prosedur isolasi
- Pelaksanaan K3
- Prosedur untuk mengoperasikan sistem keselamatan, mengoperasikan mesin
sementara dan perlengkapan dan pelaporan kegiatan kerja.
- Pemeliharaan, modifikasi atau pengadaan gambar skema yang relevan dan data
teknis.
- Pengaturan yang berkaitan dengan situasi darurat.
Petunjuk pengoperasian mesin
Petunjuk yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin yang harus diikuti dalam kegiatan
pengoperasian mesin agar mesin bekerja optimal.
SLTA
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, meliputi STM, SMA, atau SMK.
SNI
Standar Nasional Indonesia
26
KOMPETENSI KUNCI
Pada Kode Unit Kompetensi terdapat penomoran dan variabel yang menunjukkan
kompetensi kunci yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Penomoran dan variabel
tersebut dijelaskan dibawah ini.
A Mengumpulkan, menganalisis dan mengelola informasi
Kecakapan untuk menemukan informasi, menyaring dan memilah informasi guna
memilih apa yang diperlukan dan menyajikannya dengan cara yang bermanfaat, dan
mengevaluasi informasi itu sendiri beserta sumbernya, serta metode yang digunakan
untuk memperolehnya.
B Mengomunikasikan ide dan informasi
Kecakapan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain menggunakan
sarana bicara, tulisan, grafis dan sarana pernyataaan/ekspresi nonverbal lainnya.
C Merencanakan dan mengelola kegiatan
Kecakapan untuk merencanakan dan mengelola kegiatan kerja diri sendiri termasuk
memanfaatkan dengan baik waktu dan sumber daya, menyusun prioritas dan
memantau kinerja diri sendiri.
D Bekerjasama dengan orang lain dan dalam tim
Kecakapan untuk berinteraksi secara efektif dengan masyarakat lain dengan dasar
satu per satu atau dalam kelompok termasuk memahami dan menanggapi
kebutuhan pelanggan dan bekerja secara efektif sebagai anggota tim untuk
mencapai tujuan bersama.
E Menggunakan ide dan teknik matematika
Kecakapan untuk menggunakan ide matematika seperti angka dan ruang, dan teknik
matematika seperti perkiraan dan pendekatan, untuk tujuan praktis.
F Memecahkan persoalan/masalah
Kecakapan untuk menerapkan strategi pemecahan masalah dengan cara terarah,
baik pada situasi ketika masalah dan penyelesaian yang diinginkan
benar-benar jelas maupun pada situasi yang memerlukan pemikiran yang kritis dan
pendekatan yang kreatif untuk mencapai hasil.
G Menggunakan teknologi
Kecakapan untuk menerapkan teknologi, menggabungkan ketrampilan fisik dan
pancaindera untuk mengoperasikan perlengkapan dengan pemahaman prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menelaah dan mengadaptasi
sistem.
27
TINGKAT UNJUK KERJA
Pada Kode Unit Kompetensi terdapat penomoran dan variabel yang menunjukkan
level kompetensi yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Penomoran dan variabel
tersebut dijelaskan dibawah ini.
Tingkat Unjuk Kerja 1
Mengerjakan tugas rutin menurut cara yang telah ditentukan, bersifat sederhana,
merupakan pengulangan, serta sewaktu-waktu sering diperiksa perkembangannya.
Untuk itu tingkat ini harus mampu:
• melakukan proses yang sederhana dan telah ditentukan;
• menilai mutu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Tingkat Unjuk Kerja 2
Mengerjakan tugas yang lebih luas dan lebih rumit/kompleks yang ditandai dengan
peningkatan kemandirian terhadap pekerjaannya sendiri dan pekerjaan tersebut
kemudian diperiksa oleh penyelia/atasan yang bersangkutan setelah selesai.
Untuk itu tingkat ini harus mampu:
• mengelola atau mengorganisasikan suatu proses;
• menentukan kriteria penilaian terhadap suatu proses/kriteria evaluasi terhadap
suatu proses.
Tingkat Unjuk Kerja 3
Mengerjakan kegiatan yang rumit/kompleks dan tidak rutin, yang dikerjakan sendiri
dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain.
Untuk itu tingkat ini harus mampu:
• menentukan prinsip dasar dan proses;
• mengevaluasi dan mengubah bentuk/membentuk ulang proses;
• menentukan kriteria untuk mengevaluasi/penilaian proses. Read More..
Foto saya
Purworejo, jawa tengah, Indonesia
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
"Blink 182"